LOBAR (NTBNOW.CO)– Umat Hindu Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menggelar Pujawali atau perayaan hari jadi pada bulan Desember 2022 mendatang. Gelaran Pujawali yang akan dirangkai tradisi Perang Topat itu, diperkirakan akan menelan biaya Rp 160 juta. Hal itu terungkap dalam rapat pengurus pura dan panitia, Ahad (20/11/2022), di Gedung Pura Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Ketua Panitia Pujawali dan Perang Topat 2022 Pura Lingsar Anak Agung Ketut Agung Oka Kartha Wirya mengatakan, penunjukan dirinya sebagai ketua panitia pujawali dan perang topat merupakan hasil rapat di Kantor Desa Lingsar, yang dihadiri perwakilan seluruh unsur terkait.
“Dalam rapat di Kantor Desa Lingsar dihadiri aparatur pemerintahan desa, dari unsur kecamatan juga dari tokoh-tokoh Sasak maupun ketua-ketua banjar pengamong Pura Lingsar,” ungkapnya.
Sapaan Anak Agung Ketut itu mengatakan, berangkat dari kesepakatan tersebut pihaknya selanjutnya membentuk kepanitiaan lengkap pada 14 Agustus 2022, termasuk menyusun renana anggaran biaya (RAB) Pujawali dan Perang Topat.
“Pujawali dan Perang Topat yang akan digelar pada 8 Desember 2022 mendatang, saat ini memiliki dana awal sebanyak Rp 58 juta dana yang dibutuhkan sebesar Rp 160 juta,” katanya.
“Namun dalam hal ini dari pihak Puri Agung Cakranegara tentu telah menyediakan segala sesuatu yang menjadi kekurangan dari pendanaan pujawali,” tandasnya.
Sementara Ketua PHDI Pemurnian Pinandita Mangku Rena yang juga hadir dalam pertemuan itu, menyampaikan apresiasi kepada pihak Puri Agung Cakranegara yang bersedia menutupi kekurangan biaya pujawali.
“Ini sungguh luar biasa, saya sangat mengapresiasi pihak Puri Agung dan Anak Agung Ketut, yang akan menutupi dan atau menalangi kekurangan biaya,” katanya.
Menurut Mangku Rena, kesediaan Puri Agung Cakranegara dalam menalangi dan menutupi kekurangan pembiayaan Pujawali Pura Lingsar yang merupakan Pura Khayangan Jagat, merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sebagai keturunan Raja Dewata Agung yang telah mendirikan Pura Lingsar.
“Ini harus kita pahami bersama bahwa apa yang dilakukan Puri Agung, merupakan suatu bentuk kewajiban dalam menjaga bangunan suci peninggalan leluhurnya,” katanya.
Ditemui usai pertemuan, panitia bidang Humas Made Sanakumara mengimbau semua pihak agar terus menjaga kerukunan dan toleransi.
“Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perang topat sebagai rangkaian pujawali merupakan simbol pertautan dua elemen atau unsur yakni Hindu Bali dan Sasak. Artinya, dengan perang topat maka semua perbedaan yang ada melebur menjadi satu,” tuturnya.
“Karena itu, mari kita masyarakat sebagai warga negara Indonesia saling rangkul dan bergandengan tangan karena pada dasarnya kita adalah satu,” imbuhnya.
Dalam memahami Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, panggilan akrab Anang itu menyampaikan bahwa tidak akan pernah terwujud sila keempat dan kelima dalam Pancasila, bilamana sila ketiga belum dapat diwujudkan.
“Artinya, sila persatuan Indonesia adalah monumen terwujudnya tatanan demokrasi Indonesia, demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutupnya. (Anang)