Alquran Isyarat, Metode Mengaji Bagi Penyandang Tunarungu

Foto: ist. Para Penyandang Disabilitas Tuli saat bersama mengaji Al-Quran dengan Bahasa Isyarat di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Mataram beberapa hari lalu.

MATARAM (NTBNOW.CO)–Penyandang disabilitas tuli atau tunarungu di Nusa Tenggara Barat, kini patut bergembira. Pasalnya, Taman Pendidikan Alquran Isyarat (TPQI) Provinsi NTB telah hadir. Sekretariatnya di Masjid Raya Hubbul Wathan, Islamic Center Mataram.

Notonagoro Sabdo Gusti, Ketua Pelaksana pengurus TPQI NTB, mengatakan keberadaan TPQI ini telah diresmikan kepengurusannnya oleh Gubernur NTB,  Dr Zulkieflimansyah, pada September lalu.

”Ya, TPQI NTB ini telah diresmikan tanggal 8 September 2022 dan menjadi pertama dan satu-satunya pula yang terbentuk di Indonesia,” kata Ustadz Noto–panggilan akrabnya– yang baru-baru ini telah menyelesaikan Studi Magisternya di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. (13/10).

Bahkan, pihak Kementerian Agama RI bersama jajaran terkait dan diikuti ribuan peserta dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB)/ atau Sekolah Inklusif yang ada di Lombok, NTB, turut meramaikan acara peresmian tersebut.

Selain itu, dalam waktu dekat ini bekerja sama dengan berbagai pihak terkait lainnya, TPQI ini akan turut menjadi bagian dari destinasi parisawata inklusif di NTB.

Ustadz Noto melanjutkan, TPQI NTB merupakan Taman Pendidikan Al-Quran yang bergerak dalam bidang pembinaan dan pengajaran Alquran berbasis isyarat, yang digunakan untuk mengajarkan orang-orang yang mengalami hambatan pendengaran (tuli).

Karena adanya hambatan tersebut maka penggunaan metode isyarat sangat penting dalam memberikan pemahaman tentang Alquran sekaligus merupakan akses bagi mereka untuk belajar Agama Islam secara lebih mendalam.

Metode ini dipakai oleh teman-teman tuli dalam belajar dan mengaji alquran dengan bahasa isyarat. “jadi ada kode-kode isyarat yang ditentukan dan disepakati dari Kemenag RI,” katanya.

“Dari hurufnya, dari harakatnya dan tajwidnya seperti apa, sudah ada memiliki kode masing-masing,” tambah pria asal Dasan Agung Baru, Mataram ini.

Bagi kita yang normal, dalam membaca Alquran lanjutnya bisa tidak mengerti akan maknanya.  Nah bagaimana dengan mereka para penyandang tuli ini. Tentu kesulitan yang lebih mereka akan alami dan rasakan.

Dia mengungkapkan alasan kenapa dirinya tertarik dan aktif menggaungkan Alquran isyarat ini. Semua itu berawal dari rasa prihatin dirinya terhadap para penyandang tunarungu yang ada di sekitarnya saat berkuliah dulu. Banyak dari mereka yang bahkan salah tafsir dalam mengartikan konsep ke-Tuhanan dalam Islam.

Hal ini menurutnya lebih dikarenakan minimnya penerjemah isyarat yang menjelaskan tentang seputar Agama Islam kepada Mereka. Lantas, Ia pun berharap melalui TPQI NTB ini, wawasan keagamaan Islam bagi Mereka, utamanya yang ada di SLB-SLB menjadi lebih utuh dan komprehensif.

Di Kota Mataram, sekitar 180 orang tunarungu (tuli) lintas generasi dan usia telah menjadi santriwan-santriwati di TPQI NTB ini. Secara rutin, mereka mengaji Alquran isyarat di Islamic Center Jalan Udayana. Pada setiap hari Senin dan Jumat sore mulai Bada Ashar hingga Maghrib.

Hal unik diungkapkan Ustadz Noto, dimana para penyandang tuli ini tidak mau dirinya disebut sebagai tunarungu. Bagi mereka kata tuna itu adalah istilah dunia medis yang berarti sakit.

“Mereka (disabilitas tuli) ini tidak mengakui dirinya sakit, mereka hanya tidak bisa mendengar,” tuturnya.

Untuk itu, kepengurusan TPQI akan lebih diperluas melalui pembentukan unit-unit pembantu di masing-masing Kabupaten/Kota di NTB. Hal ini demi memberikan akses yang lebih luas kepada mereka penyandang tuli agar memiliki kesempatan yang sama dengan orang normal lainnya, dalam mengaji dan mendalami Alquran dan Agama Islam. (zis/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *