Tiga Putra, Satu Cita

Di PWI NTB kali ini, kita melihat pemandangan yang jarang. Ada tiga calon yang maju. Tiga-tiganya putra terbaik. Tiga-tiganya lahir dari rahim organisasi yang sama. Dan menariknya, ketiganya membawa visi yang—kalau diringkas—mirip: membuat PWI NTB lebih berdaya, dan anggotanya lebih sejahtera.

Biasanya kalau sudah masuk musim pemilihan, yang muncul adalah rumor. Fitnah kecil-kecilan. Senyum yang dipaksakan. Tapi tidak kali ini. Yang muncul justru semangat. Solidaritas. Dan, ya, sedikit bumbu persaingan yang sehat.

Tiga calon ini—Nasrudin, Abdus Syukur dan Ahmad Ikliludin— kalau dilihat dari sisi pengalaman, masing-masing punya. Satu punya kekuatan jaringan, satu punya kekuatan ide, dan satu lagi punya kekuatan gerak. Kalau bisa digabung jadi satu, mungkin ini sudah jadi dream team. Tapi hidup tak seperti dapur redaksi, yang bisa kita edit seenaknya. Pemilihan tetap harus memilih.

Dan lucunya, ketiganya tidak sibuk menjatuhkan. Tapi sibuk meyakinkan. Publik wartawan NTB kini disuguhi tontonan politik organisasi yang dewasa. Bahkan mungkin terlalu dewasa untuk ukuran organisasi profesi di daerah.

Saya jadi ingat pepatah lama: kalau kita tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang membuat orang terbaik itu muncul.

Di PWI kali ini, kita tidak lagi bicara siapa menang siapa kalah. Tapi siapa yang bisa membuat organisasi ini hidup lagi. Bergerak. Punya napas. Tidak sekadar hadir saat UKW atau bagi sertifikat.

Siapa pun yang menang pada Konferprov PWI NTB, 2 Agustus 2025, satu hal yang pasti: PWI NTB sedang baik-baik saja. Karena anak-anak terbaiknya sudah menunjukkan bahwa mereka siap bukan hanya duduk, tapi juga berlari membawa panji.

Selamat bertarung, dengan senyum. Karena di PWI, yang kita rebut bukan kekuasaan. Tapi kepercayaan. (abdus syukur)

Keterangan Foto:

Abdus Syukur (dok pribadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *