Di antara dinding-dinding sunyi,
Terpendam suara yang kian menggema,
Dalam arus waktu yang tak terhenti,
Kemelut PWI terus meretas makna.
Pena-pena yang dulu tajam menari,
Kini terbelenggu dalam jaring ambisi.
Tak lagi bebas menulis mimpi,
Terseret arus, di pusaran janji.
Kemelut berkepanjangan,
Mencipta bayang-bayang kelabu.
Di mana idealisme dan kebenaran,
Berbenturan di antara ego yang beku.
Namun, di balik awan kelam,
Masih ada secercah harapan,
Bahwa di tengah perpecahan ini,
Akan lahir kembali persatuan yang hakiki.
Wahai para pewarta,
Dalam derita ini, temukan cahaya.
Bangkitlah dari kelam,
Demi sebuah tujuan yang lebih bermakna.
Semoga badai ini segera berlalu,
Mengantar kita pada pagi yang baru.
Di mana PWI kembali kokoh berdiri,
Menjaga marwah dan jati diri.