MATARAM, NTBNOW.CO– Rektor Universitas Mataram (Unram) berperan secara langsung dalam penajaman Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025 – 2045 melalui Acara ‘Rektor Berbicara untuk Indonesia Emas 2045’. Diselenggarakan di Ruang Rapat DH 1 – 3, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia di Jakarta Pusat pada Selasa (6/6) sore waktu setempat.
Kegiatan tersebut sebagi bagian dari pelaksanaan Forum Konsultasi Publik dan Membangun Kepemilikan atas Dokumen Perencanaan Jangka Panjang terhadap Aktor Non-Pemerintahan.
Acara tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan, mengkonsolidasikan, mensinergikan, mempertajam dan memperdalam strategi dan kebijakan yang tertuang dalam RPJPN 2025 – 2045 sebagai dokumen tunggal yang menentukan arah pembangunan Indonesia 20 tahun ke depan.
Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr,St., Ph.D, menjadi salah satu tamu undangan dari 21 Rektor Perguruan Tinggi yang hadir dalam acara tersebut. Dalam kesempatan itu Rektor Unram menyampaikan gagasan dan ide cemerlang untuk pembangunan daerah.
Berkaca dari perkembangan New Zealand yang mampu menghadirkan industri terbesar dunia dengan mengandalkan secara maksimal Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki, rektor Unram juga menyampaikan potensi – potensi yang dimiliki NTB.
“NTB memiliki lahan kering, NTB memiliki potensi pariwisata yang luar biasa sama dengan New Zealand, peternakannya juga memiliki potensi luar biasa, pertaniannya juga luar biasa, perikanan, rumput laut, lobster yang ada di NTB dibiakkan kemudian berkembang dan dijual ke penjuru dunia, serta masih banyak potensi lainnya,” ucap Guru Besar Fakultas Pertanian itu.
Ia menyebutkan potensi daerah menjadi dasar dalam perkembangan suatu negara. “Kami melihat pariwisata yang sudah berkembang di NTB, kami melihat pengembangan bandara juga sudah terlaksana di NTB, tetapi potensi lahan kering yang begitu luas belum terlihat atau mungkin belum disentuh,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dirinya sudah memberikan tantangan kepada para dosen untuk menemukan pompa air dalam yang kemudian bisa membuat semua lahan kering di NTB bisa produktif. Tak hanya itu, ia juga menantang para penelitinya untuk memberikan sentuhan teknologi di bidang perairan.
“Sehingga saran saya didalam pengembangan ini terkait dengan bagaimana pembangunan nasional harus memperhatikan potensi daerah, itu pasti, tapi selanjutnya bagaimana perguruan tinggi berperan dan fokus dalam pembangunan tersebut,” tegasnya.
“Kami dalam beberapa belas tahun terakhir ini sudah menghasilkan Lamtoro Beef yakni beef yang dihasilkan dari pakan Lamtoro yakni perkawinan antara Lamtoro yang kita miliki dengan Lamtoro yang ada di Hawai. Tak hanya itu, kami juga menghasilkan kolaborasi dengan Australia yang disebut dengan Lamtoro Taramba dengan kandungan protein sebesar 25%. Lamtoro tersebut tumbuh dengan pesat di lahan-lahan kering,” ungkapnya di ruang rapat Bappenas.
“Namun kami terus mendorong kapan pemerintah bisa mengembangkan ini secara besar-besaran, Lamtoro Taramba misalnya yang mampu menghasilkan daging dengan kualitasnya yang tidak kalah dengan daging di New Zealand ataupun dari Jepang. Artinya, inovasi teknologi serta peran perguruan tinggi bisa dimaksimalkan,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unram mengungkapkan kesediaannya menerima apapun tantangan yang diberikan pak Menteri terkait dengan pembangunan daerah di NTB. “Bahkan sekarang Unram sedang membuat program studi Kedokteran Kepulauan, ini karena kami sangat ingin membangun potensi wilayah ditempat kami,” tutupnya.
Dalam forum tersebut, Bappenas juga mengundang 20 Perguruan Tinggi lain seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Padjadjaran, Universitas Brawijaya, Universitas Cenderawasih, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Pattimura Ambon, Universitas Hasanuddin, Universitas Sumatera Utara, Universitas Mulawarman, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Binus University, UIN Antasari, Universitas Yarsi, Universitas Islam Internasional Indonesia, Universitas Sam Ratulangi Manado, dan Universitas Syiah Kuala. (red)