MATARAM– Volume sampah di Gunung Rinjani menjadi momok yang sampai saat ini belum bisa diatasi semua pihak termasuk Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Menurut data dari TNGR mulai April hingga September ini sudah mencapai 26 ton sampah yang berhasil dibawa turun oleh pendaki dan hasil clean up oleh komunitas.
Manajer Geowisata dan Trekking Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark Lalu Ramli mengatakan, persoalan sampah di Gunung Rinjani kerap menjadi perbincangan hingga viral di media sosial. Karena status Rinjani disebut sebagai pendakian terbaik. Banyak wisatawan lokal hingga mancanegara yang datang dan membagikan momen mereka mendaki Rinjani
“Semakin banyak pengunjung maka akan diikuti dengan banyaknya sampah yang dihasilkan. Jadi manajeman pengelolaan sampah harus dipikirkan sebelum tambah banyak kunjungan,” katanya kepada ntbow.co, Senin 18/11.
Ia mengungkap pendaki Gunung Rinjani berasal wisatawan nusantara dari penjuru tanah air. Pendaki asing (Luar Negri), pendaki Lokal (NTB). Selain itu Balai TNGR juga membuka peluang trekking organizer (TO) yang membuka usaha jasa pendakian Rinjani. Jadi susah membedakan kelompok mana yang meninggalkan sampah di sepanjang jalur maupun di tempat-tempat pendirian tenda.
Namun menurut Ramli, produsen sampah terbesar di Rinjani itu berasal dari Trekking Organizer (TO). Karena Rinjani sejak dibuka mulai April hingga tutup, non stop membawa tamu dan terus membawa sampah. Karena itu pihak Balai TNGR harus tegas terhadap TO.
“Dari berita yang saya baca, ada 202 pendaki lokal yang diblacklist karena tidak bawa sampah turun. Itu tidak terlalu berpengaruh, yang perlu diblacklist itu TO,” ungkap Ramli.
TO Rinjani memilki dua tipe. Pertama menjual paket dengan harga tinggi atau mahal dengan cara memberikan insentif kepada Guide untuk membawa sampah para tamunya turun. Maka akan diberikan insentif oleh TO.
Kedua TO yang menjual harga murah tapi tidak ada insentif untuk sampah. Jadi sampahnya tidak di perhatikan, sehingga sampah-sampah jadi ditinggalkan.
Program Zero Waste Rinjani akan memutus semua budaya- budaya praktik perusakan lingkungan melalui sampah. Ketika diterapkan nantinya, semua sampah harus diluncuti dari awal sebelum masuk pendakian.
“Periksa ya secara acak aja, misalkan semua TO untuk tidak bawa sampah masuk kawasan, kalaupun tidak di cek di awal. Tapi ketika ketemu ada TO yang melanggar diblacklist saja, mana berani mereka. Itu yang harus dilakukan, tidak perlu capek-capek mengawasi TNGR itu,” jelasnya.
Ia menjelaskan, urutan yang harus dipahami pendakian itu ada tiga. Mulai dari yang paling rendah Porter, Guide, TO. Selanjutnya Balai TNGR, artinya porter takut sama Guide karena porter itu baru bisa berkerja apabila ajak oleh guide. Kedua Guide itu takut dengan TO, karena TO yang mengorder mereka untuk bekerja dan selanjutnya TO yang paling ditakuti adalah TNGR.
TNGR lanjut Ramli, Pengelola pendakian dalam hal ini Balai TNGR sudah saatnya menerapkan aturan mengenakan denda bagi pendaki dan TO yang tidak membawa turun sampahnya. Kemungkinan ada pro kontra, itu tidak berlangsung lama.
“Aturan pendaki umum kan sudah ada. Ini juga harus keluarkan aturan dan sanksi tegas seperti blacklist TO. Aturan itu yang menjadi kata kunci untuk persoalan sampah, harus memaksa siapapun pelaku wisata di Rinjani untuk patuh,” tegas Ramli.
Program Zero Waste Trekking Rinjani 2025
Balai TNGR menyiapkan program Zero Waste Trekking Rinjani 2025 untuk mengurangi sampah di Gunung Rinjani yang berstatus UNESCO Global Geopark itu. Program tersebut tentu akan mendapat dukungan publik jika merapatkan aturan itu dari semua pihak.
Polisi Kehutanan sekaligus penanggung jawab penanganan sampah di Gunung Rinjani I Gusti Ketut Suarta sebelumnya mengatakan, program Rinjani Zero Waste untuk mengurangi sampah di jalur pendakian sekaligus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mencegah sampah masuk ke Gunung Rinjani.
Balai TNGR akan menerepkan Refill dan Reuse. Refill artinya produk isi ulang yang memungkinkan untuk menggunakan kembali kemasannya. Contohnya menggunakan botol minuman ringan untuk diisi air minum.
Sedangkan Reuse adalah konsep untuk menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Contohnya, menggunakan kembali botol plastik bekas.
“Jadi nanti pas pendakian itu tidak ada sampah pelastik yang dibawa. Karena nanti akan dikemas di tempat yang bisa diisi kembali. Konsep ini yang dapat membantu mengurangi sampah dan melestarikan lingkungan,” ungkapnya.
Program Zero Waste itu intinya, jangan bawa sampah masuk ke gunung. Pengunjung itu harus secara sadar membawa barang bawaan yang tidak potensi sampah sama sekali. Itu suatu hal yang bukan mustahil untuk dilakukan. (can)
Keterangan Foto:
GUNUNG RINJANI: Pendaki Gunung Rinjani asal Jatim saat berfoto di Pelawangan Tiga Sembalun. (susan/ntbnow.co)