MATARAM – MotoGP Mandalika dijadwalkan berlangsung pada 27-28 September 2024, namun berbagai masalah masih menghadang. Ketua BPPD NTB, Sahlan M. Saleh, memaparkan persiapan, tantangan, dan solusi yang dihadapi dalam acara Flight Connectivity Lombok di Aula Bank NTB Syariah, Rabu (17/07).
Masalah Konektivitas dan Akomodasi
Konektivitas Udara dan Laut
Sahlan mengungkapkan bahwa penerbangan langsung domestik ke Lombok masih terbatas, dengan harga tiket pesawat yang tinggi dan kepastian penerbangan tambahan yang belum jelas. Penerbangan internasional langsung juga terbatas. Sementara itu, konektivitas laut juga menghadapi tantangan, dengan jarak dari Denpasar ke Padangbai yang cukup jauh dan biaya tambahan dari pelabuhan ke Sirkuit Mandalika.
Konektivitas Darat
Antrian di Pelabuhan Ferry lama, dengan waktu penyeberangan 4-5 jam, juga menjadi kendala. Selain itu, harga akomodasi meningkat 4-10 kali lipat dengan minimum stay 3 malam, dan di beberapa kawasan tertentu 5 malam. Jumlah kamar tidak seimbang dengan jumlah penonton dari luar NTB, dan Pergub yang memberi kelonggaran menaikkan harga 1-3 kali lipat tanpa sanksi.
Transportasi Lokal
Kenaikan tarif transportasi lokal cukup signifikan dengan ketersediaan kendaraan yang terbatas. “Standar kendaraan untuk pariwisata belum memadai,” kata Sahlan, menambahkan bahwa kendaraan premium/VIP juga sangat terbatas.
Tantangan Destinasi dan Promosi
Kesiapan Destinasi
Sahlan juga menyoroti destinasi yang belum siap menyambut MotoGP Mandalika, dengan tidak adanya tambahan atraksi di destinasi saat event. SDM dalam destinasi perlu ditingkatkan, dan beberapa Pokdarwis dan desa tidak aktif dalam destinasi.
Promosi MotoGP
Promosi untuk target pasar penonton fanatik MotoGP di Eropa belum optimal. Belum ada kepastian harga tiket MotoGP mendekati waktu penyelenggaraan, serta kurangnya promosi di kantong-kantong penonton domestik potensial. “Destinasi yang dijual kurang inovasi,” ujar Sahlan.
Solusi yang Ditawarkan
Konektivitas
Untuk mengatasi masalah konektivitas, Sahlan menyarankan penambahan penerbangan langsung domestik dan internasional, membuka penerbangan tambahan saat MotoGP, dan menyediakan tiket dengan harga mulai dari kelas rendah. Transportasi memadai dari pelabuhan ke sirkuit juga perlu disiapkan.
Akomodasi
Sahlan menyarankan regulasi yang mengatur batas harga dari pemerintah, menghapus batasan minimum stay yang panjang, pelatihan homestay agar sesuai standar hotel, dan pembangunan hotel baru di kawasan Mandalika. “Satgas pengendali dan penerima keluhan akomodasi,” tambahnya.
Transportasi Lokal
Memanfaatkan kendaraan di wilayah NTB (Pulau Sumbawa) dan kerjasama dengan pengusaha kendaraan premium/VIP di luar Lombok (Bali, Jawa). “Pelatihan peningkatan SDM bagi pengemudi agar sesuai standar pariwisata juga sangat perlu,” ujarnya.
Kesiapan Destinasi
Destinasi perlu berbenah untuk menerima tamu dalam jumlah besar, dengan fokus pada kebersihan dan fasilitas toilet, menambah atraksi di setiap destinasi agar lebih menarik, serta peran aktif desa dan Pokdarwis sebagai bagian penting destinasi.
Promosi
Promosi MotoGP menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya MGPA atau ITDC. Langkah promosi termasuk aktif mengikuti sales mission di berbagai negara Eropa, kegiatan promosi internasional dan domestik sesuai target market, pemesanan tiket MotoGP tersedia satu tahun sebelumnya, dan membangun citra destinasi Lombok dan Sumbawa yang menarik.
Dengan menyelesaikan berbagai masalah ini, diharapkan penyelenggaraan MotoGP Mandalika akan sukses dan membawa dampak positif bagi pariwisata NTB.
Kesiapan Industri Perhotelan
Di tempat yang sama, Ketua PHRI NTB, Ketut Wolini, menyatakan kesiapan industri perhotelan untuk menyambut ajang MotoGP. Kenaikan harga hotel yang sempat terjadi diatur dalam Pergub Nomor 9 Tahun 2022, yang mengatur hotel di zona 1 boleh menaikkan harga hingga tiga kali lipat, zona 2 dua kali lipat, dan zona penyangga satu kali lipat dari harga normal. PHRI mengharapkan revisi Pergub untuk mencakup aturan yang lebih jelas mengenai harga travel dan peran broker.
Tantangan Kenaikan Harga Tiket
Junaidi Kasum dari DPD Organda menyoroti kenaikan harga tiket pesawat dan mempertanyakan pihak yang bertanggung jawab. “Harga tiket yang tinggi membuat orang malas datang ke Lombok. Siapa yang bertanggung jawab?” katanya.
Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, diharapkan MotoGP Mandalika dapat berlangsung lancar dan memberikan manfaat besar bagi pariwisata di NTB. (red)