JAKARTA (NTBNOW.CO)– Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, memaparkan strategi pemerintah provinsi dalam menuntaskan kemiskinan, terutama kemiskinan ekstrem, melalui penguatan sektor pariwisata dan pertanian. Hal itu disampaikannya dalam wawancara eksklusif di program Kabar Merah Putih TV One, Rabu (11/6/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Iqbal menyoroti kondisi paradoksal NTB yang di satu sisi masih masuk dalam daftar provinsi termiskin, namun di sisi lain memiliki potensi sumber daya alam dan pariwisata yang luar biasa.
“NTB ini punya dua wajah. Masih berada di daftar provinsi termiskin, tapi juga kaya potensi dari ujung barat ke ujung timur. Maka kami menyusun tiga prioritas utama untuk menyatukan dua wajah ini,” ujarnya.
Iqbal menegaskan prioritas pertama adalah menanggulangi kemiskinan secara serius dan berkelanjutan. Berdasarkan data triwulan pertama 2025, tingkat kemiskinan di NTB mencapai hampir 12%, dengan kemiskinan ekstrem di angka 2,04%. Target Pemprov NTB adalah menurunkan angka kemiskinan ekstrem menjadi nol pada 2029, serta menekan kemiskinan umum di bawah 10%.
Selain pariwisata, Pemprov NTB juga mengandalkan sektor pertanian untuk memperkuat ekonomi masyarakat. Program ini mencakup agroforestri, pertanian konvensional, peternakan, hingga perikanan (agromaritim), sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Iqbal juga menekankan pentingnya pengembangan destinasi wisata kelas dunia di NTB. Salah satu strategi utamanya adalah memperkuat sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) untuk mengisi kekosongan kunjungan wisatawan di luar musim liburan.
“Kami ingin event berjalan sepanjang tahun, agar okupansi hotel tetap tinggi dan harga tiket serta akomodasi lebih stabil dan terjangkau,” tegasnya.
Gubernur Iqbal mengakui NTB masih sangat bergantung pada sektor tambang. Namun pada triwulan pertama 2025, sektor ini mengalami kontraksi hingga minus 30% akibat penghentian produksi Amman Mineral karena kendala di fasilitas smelter.
“Sementara sektor pertanian justru tumbuh lebih dari 30%—tertinggi dalam sejarah. Tapi tetap belum bisa menahan kontraksi tajam di sektor tambang,” ujarnya.
Iqbal menyampaikan bahwa relaksasi ekspor konsentrat dari pemerintah pusat menjadi solusi jangka pendek agar pertumbuhan ekonomi NTB tidak terus tertekan. Tanpa sektor tambang, pertumbuhan ekonomi NTB tercatat 5,57%. Namun akibat kontraksi sektor tambang, angka tersebut turun hingga minus 1,47%.
“Saya sudah sampaikan hal ini ke Menteri ESDM dan Mendagri, dan mendapat respon positif,” ujarnya.
Untuk jangka panjang, Gubernur NTB menyatakan tidak ada pilihan selain diversifikasi ekonomi, dengan fokus pada sektor pertanian dan pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi daerah. Pemprov NTB juga merancang strategi pengembangan event pariwisata berdasarkan skala, yakni Tier 1 untuk peserta di atas 10.000 orang, Tier 2 di atas 5.000, dan Tier 3 di bawah 5.000 peserta. Strategi ini diyakini mampu menggerakkan ekonomi lokal secara berkelanjutan. (rls)
Keterangan Foto:
Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal wawancara eksklusif di program Kabar Merah Putih TV One, Rabu (11/6/2025). (ist)