Hukum  

Keluarga Sebut Ada Oknum Petinggi Polisi Terlibat Pembunuhan Brigadir Esco 

KAKEK BRIGADIR ESCO : Miasih. (susan/ntbnow.co)

MATARAM (NTBNOW.CO)–Sidang pembacaan permohonan tiga tersangka yakni Saiun, Nuraini dan Paozi dalam kasus pembunuhan Brigadir Esco Faska Rely dihadiri puluhan keluarga korban.  Kedatangan keluarga korban untuk mengetahui alasan tiga tersangka mengajukan permohonan Praperadilan.

Kakek Brigadir Esco, Miasih mengatakan, peran ketiga tersangka sudah terlihat jelas. Tersangka Saiun dan Nuraini sebelumnya mengaku tidak tahu menahu tentang pembunuhan tersebut. Namun nyatanya dia mengetahui bahkan mengaku tersangka Saiun yang menemukan mayat tersebut pertama kali.

“Tapi makin kesini, tersangka Saiun mengatakan bukan dia yang menemukan pertama kali. Tapi orang lain, di situlah kita mulai geram, bahkan kami keluarga sangat kesal kepada terangka ini,” katanya usai sidang, Jumat 7/10.

Menurutnya, tersangka Puozi juga selalu berbohong dalam ketarangannya. Miasih mengaku pihaknya mencari bukti dengan menelusuri keberadaan handphone milik Brigadir Esco.

Sinyal handpone milik korban selalu berada dimana tempat Paozi berada, sehingga patut diduga Paozi juga menjadi dalang dalam pembunuhan Brigadir Esco.

“Kita yang melacak sinyal saat kejadian, bahkan Paozi dia pergi ke gudang tempat dia jaga itu ikut juga sinyal hp almarhum di situ, dan juga dia pergi ke rumah bosnya sinyal itu kesana. Dia pulang kerumah juga sinyal itu ikut ke situ, Diduga Hp korban dibawa tersangka Paozi. Makaknya di situlah kita mulai curiga sama Paozi ini,” paparnya.

Disinggung terkait adanya pimpinan polisi yang ikut terlibat? Miasih mengaku itu ranah dari penyidik Polres Lombok Barat. “Kita serahkan ke penyidik,” ungkapnnya.

Miasih menyebutkan, pihak keluarga korban sempat menemui Kapolres Lombok Barat untuk mengkonfirmasi terkait enam anggota Polisi yang sempat mencari korban sebelum penemuan jenazah.

Saat itu korban diketahui lepas piket, lalu dicari oleh enam orang anggota ke Polsek Sekotong dimana tempat korban bertugas, tak kunjung ditemukan, enam anggota tersebut mencari korban hingga ke rumah orang tuanya di Bonjeruk, Lombok Tengah.

” Pak Kapolres mengatakan saya yang memerintahkan orang untuk mencari almarhum waktu itu, tapi di saat pencarian itu dengan perintah Kapolres itu berbeda, pak Kapolres memerintah hari sabtu pencarian hari kamis malam jumat,” tuturnya.

Dia menduga, ada orang lain dari oknum petinggi polisi yang juga terlibat. “Kami menduga ada atasannya dan ada leting-letingnya bahkan lebih dari dua orang,” ungkapnnya.

Dia berharap, penyidik segara mengungkap dalam dibalik kematian cucunya itu. “Kami harap semua bisa terungkap seterang-teranganya,” pungkasnya. (can)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *