Dosen Universitas Muhammadiyah Bogor Raya Gelar Pelatihan Komunikasi Digital untuk Komunitas Bilik Jasinga

BOGOR (NTBNOW.CO)– Pada Minggu (11/8), di aula Homestay Poleng, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, digelar Pelatihan Komunikasi Digital yang bertujuan memperkuat eksistensi budaya Sunda di kalangan anggota Komunitas Bilik Jasinga.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Dosen Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (Umbara) dengan ketua pelaksana Nina, serta mendapat dukungan penuh dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Pelatihan ini dilaksanakan dalam dua tahap, dengan tujuan memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya komunikasi digital dalam memperkenalkan dan memasarkan budaya lokal. Tahap pertama diadakan pada 20 Juli 2024 secara daring melalui Zoom Meeting, dengan pemateri dari Komunitas Bilik Jasinga, Agung Yunus dan Wildan Kautsar Rido, yang membahas peran media digital dalam melestarikan dan mempromosikan budaya Sunda.

Tahap kedua dilaksanakan secara tatap muka pada 11 Agustus 2024 di aula Homestay Poleng Jasinga. Acara ini menjadi momen penting bagi komunitas dalam mengembangkan keterampilan digital yang aplikatif. Acara ini dibuka oleh berbagai pihak terkait, termasuk Pembina Komunitas Bilik Jasinga, Ahmad Najib, yang menekankan pentingnya komunitas sebagai inspirator dan motivator di bidang seni budaya.

“Saya berharap Universitas Muhammadiyah Bogor Raya terus berperan sebagai pendorong semangat dan penggerak bagi komunitas budaya lokal,” ujar Ahmad Najib.

Rina Nuryani, salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Bogor Raya, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Komunitas Bilik Jasinga dan Kemenristekdikti yang telah memfasilitasi kegiatan ini. “Inisiatif pelatihan ini sangat penting dalam upaya pelestarian budaya melalui pendekatan digital yang inovatif,” ujarnya.

Ketua pelaksana, Nina, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi, yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. “Bilik Jasinga dipilih sebagai mitra karena nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh komunitas tersebut. Harapannya, melalui pelatihan ini, komunitas dapat meningkatkan potensi mereka, khususnya dalam pemasaran digital produk budaya seperti alat musik tradisional karinding,” ungkapnya.

Pelatihan ini diikuti oleh 10 peserta yang memiliki minat besar pada dunia digital. Mereka mendapatkan materi tidak hanya dalam bentuk teori, tetapi juga praktik langsung terkait strategi pemasaran digital yang relevan dengan kebutuhan komunitas.

Wildan Kautsar Ridho, ketua Yayasan Wicitrawangsa Bilik Jasinga, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat disambut baik oleh peserta dan memberikan pengalaman berharga dalam menggali potensi digital yang selama ini belum banyak dieksplorasi oleh komunitas. “Kemampuan ini sangat penting untuk meningkatkan eksistensi budaya Sunda di era digital,” ujarnya.

Pemateri pertama, Wawan Karsiwan, menyampaikan materi tentang pemasaran digital yang efektif melalui internet. Ia menjelaskan strategi-strategi untuk mencapai pasar yang lebih luas dengan biaya yang efisien. Setelah sesi teori, peserta dilibatkan dalam praktik langsung, seperti teknik fotografi produk, khususnya alat musik karinding dan kaos, serta cara mendesain hasil foto menggunakan aplikasi Canva.

Pemateri kedua, Rina Nuryani, memfokuskan pelatihan pada bahasa iklan dan desain grafis untuk produk-produk Bilik Jasinga, seperti instrumen karinding, gantungan kunci, stiker, miniatur, dan kaos. “Penggunaan bahasa iklan yang menarik dan sesuai sasaran sangat penting untuk meningkatkan penjualan produk-produk ini,” tambahnya.

Luaran dari pelatihan ini adalah kemampuan peserta memasang iklan produk di platform digital seperti TikTok dan Shopee. “Diharapkan ini dapat membantu memperluas jangkauan pemasaran Bilik Jasinga di pasar digital,” ujar Rina.

Wildan Kautsar Ridho juga menambahkan bahwa setelah pelatihan ini, komunitas akan fokus pada pengembangan potensi yang telah dimiliki, terutama dalam mengelola platform media sosial untuk menunjang penjualan produk budaya. “Penting untuk memaksimalkan penggunaan teknologi digital dalam mendukung keberlanjutan dan pengembangan budaya Sunda,” jelasnya.

Salah satu peserta pelatihan, Agung Yunus, menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi komunitas. “Meskipun kami sudah mengenal dunia digital, pelatihan ini membuka wawasan baru tentang hal-hal yang belum kami eksplorasi sepenuhnya. Ini sangat membantu komunitas dalam menghadapi tantangan di era digital,” ujarnya. (ami)