JAKARTA (NTBNOW.CO)–Pelatihan Diplomasi diadakan di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada 8-9 Juli 2024. Pelatihan itu diikuti 69 peserta yang terdiri dari dosen PTM & PTN, mahasiswa PTM & PTN, serta anggota Ortom Muhammadiyah seperti IMM, IPM, Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, Aisyiah, Hizbul Wathan, Majelis, dan Lembaga PP Muhammadiyah, serta perwakilan dari Arab Saudi, Pakistan, dan Thailand, serta institusi pemerintah dan swasta.
Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA) turut serta dalam kegiatan ini melalui delegasi Dr. Muh. Takdir, S.Pd., M.Pd., Direktur Pusat Kerjasama dan Hubungan Internasional.
“Saya sangat bangga bisa mengikuti kegiatan ini, dan mengharapkan UMBARA dapat ikut andil dalam menciptakan kedamaian sesuai dengan diplomasi persyarikatan Muhammadiyah,” ujarnya.
Ketua panitia, Dubes Drs. Bunyan Saptomo, mengatakan bahwa pelatihan ini mencakup materi ideologi Muhammadiyah, bab-bab diplomasi, dan keterampilan kediplomasian. “Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk kader berideologi Muhammadiyah yang memahami masalah-masalah diplomasi sekaligus memiliki kapasitas keterampilan menjadi diplomat,” tambahnya.
Wakil Rektor 2 UMJ, Dr. Ir. Mutmainnah, MM, menyampaikan bahwa pelatihan ini penting sebagai wawasan untuk menyelesaikan konflik dan bekerja sama dengan semangat nilai Islam rahmatan lil alamin.
“Harapannya peserta dapat memanfaatkan semaksimal mungkin dalam aktivitas pelatihan ini, supaya terserap materi-materi dengan baik,” harapnya.
Dr. Imam Addaruqutni, Ketua LHKI PP Muhammadiyah, menambahkan bahwa forum ini bertujuan untuk menguatkan pemahaman Islam Berkemajuan ala Muhammadiyah secara global dan melakukan diplomasi untuk dialog peradaban. “Diplomat adalah orang beradab, sebab berbudaya dan ramah yang memiliki visi perdamaian dan kemanusiaan,” tutupnya.
Peserta mendapatkan materi diplomasi, antara lain:
1. Risalah Islam Berkemajuan dan Diplomasi Persyarikatan oleh Dr. Muhammad Choirin, yang menekankan lima pondasi Islam berkemajuan sebagai jargon Muhammadiyah: penguatan nilai ketauhidan, kembali pada Al-Qur’an dan Hadits, pembaharuan (Tajdid), moderat (Wasathiyah), dan gemar beramal. “Indonesia bisa menjadi rujukan Islam masa depan untuk kedamaian dunia karena didukung oleh komitmen dan konsistensi peran Civil Society,” tegasnya.
2. Ideologi Muhammadiyah sebagai Fondasi Diplomasi oleh Prof. Dr. Abdul Mu’ti, yang menyatakan bahwa tugas diplomat adalah menghadirkan kedamaian di antara pihak yang didamaikan meskipun posisinya setuju atau tidak setuju. “Penguatan Ideologi Muhammadiyah melalui diplomasi adalah untuk menebar kerahmatan dan itu dapat dilakukan salah satunya melalui tulisan. Pertikaian Israel dan Palestina saat ini bisa diredam melalui solusi Two State Solution (solusi dua negara),” tuturnya.
3. Hubungan Internasional, Politik Luar Negeri, dan Diplomasi oleh Dubes Dra. Yuli Mumpuni Widarso, yang menjelaskan peran strategis Muhammadiyah sebagai Non-State Actor dalam diplomasi internasional.
4. Diplomasi Lintas Agama dan Budaya oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin, yang menyatakan bahwa Muhammadiyah telah berkontribusi besar dalam agenda diplomasi dunia, seperti dalam konflik Rohingya di Myanmar.
5. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah dalam Konteks Globalisasi dan Internasionalisasi oleh Joni Gunanto, yang menjelaskan misi kemanusiaan dan perdamaian Muhammadiyah dalam dinamika politik global.
Selain teori, peserta juga diberikan materi praktikum seperti membuat korespondensi diplomatik, penyusunan pernyataan bersama dan siaran pers, serta pembuatan proposal kerjasama internasional. (MT)