Tiga orang perempuan membawa ember berukuran besar di atas kepala mereka. Bakul itu penuh dengan kelapa yang sudah tua. Mereka melangkahkan kaki dengan hati-hati. Jalan setapak yang mereka lewati licin. Sesampai di jalan, mereka tetap berhati-hati. Hujan semalam membuat jalan lincin. Walaupun jalan yang mereka lewati itu lebar, tapi hari itu mereka memilih jalan kaki. Mereka masih khawatir jika naik sepeda motor, apalagi di beberapa titik para pekerja masih memperbaiki jalan.
Jalan baru yang mereka lewati ini dulunya jalan setapak. Beberapa orang bisa melewati dengan kendaraan bermotor, tapi harus ekstra hati-hati. Bagi yang tidak mahir, lebih memilih jalan kaki. Ini terlihat seperti beberapa orang yang masih memanggul pisang, sementara warga lainnya membawa sepeda motor. Tapi warga senang dengan kondisi jalan yang sebagian masih berupa tanah ini. Setidaknya jalan menjadi lebar dan bisa membuka akses ke desa tempat lainnya.

Seorang anggota TNI dari Kodim 1606/Mataram mengatur kendaraan “molen” yang membawa bahan untuk rabat jalan di jalan baru Giri Madia – Dasan Griya, Lingsar, Lombok Barat.
—-
“Bagus sekali, kita bisa lebih mudah dan bisa lewat sini untuk ke pasar Jelateng, membawa hasil kebun kami. Sekarang jalannya lebih luas dan dulu kan buntu, tapi sekarang bisa tembus langsung ke Desa Dasan Griya dan Dusun Jelateng,’’ kata Rohani, warga Desa Giri Madia, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Rohani adalah warga yang tinggal di bagian ujung Desa Giri Madia. Kampungnya berbatasan dengan kebun dan hutan. Akses jalan hanya berupa jalan setapak.
Setiap hari warga mengangkut hasil bumi berupa kelapa, pisang, aneka buah-buahan dengan memikul. Walaupun ada yang memiliki sepeda motor, tidak semua lokasi kebun bisa dijangkau. Termasuk Rohani.
Akses jalan dari Giri Madia menuju Desa Dasan Griya memang belum rampung, dalam artian semua ruas jalan sudah pengerasan. Baru sebagian kecil akses jalan ini dicor semen, sebagian masih tanah. Tapi kondisi ini disyukuri Rohani. Sekarang sudah terlihat jalannya, lebar, bahkan bisa dilewati kendaraan roda empat.
Bayangan Rohani, ketika jalan sudah mulus dia bisa membawa hasil kebun dengan kendaraan roda empat, dari kebun langsung menuju pasar.
“Sebagian besar penghasilan kami di sini dari kebun,’’ katanya
Untuk membawa hasil kebun ke pasar Rohani harus jalan kaki cukup jauh. Sepeda motor biasanya menunggu di tempat yang lebih rata dan lebih luas. Sekarang sepeda motor bisa parkir di pinggir jalan yang lebar. Tidak perlu khawatir terkena semak belukar, atau tidak perlu khawatir ketika hujan. Akses jalan yang lebar membantu, bahkan sebelum jalan ini rampung.
“Pelebaran dan pembukaan jalan baru ini sangat baik sekali. Awalnya kita jalah jauh membawa hasil kebun, sekarang kami cuma butuh waktu sebentar untuk membawanya ke pasar,’’ katanya.
Rohani tahu jika akses jalan baru yang dibuka itu dikerjakan secara gotong royong masyarakat dan TNI. Rohani pun sesekali ikut gotong royong. Dia menuturkan, warga juga rutin gotong royong sejak awal pembukaan jalan.
Jalan yang dibuka ini adalah kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 Komando Distrik Militer (Kodim) 1606/Mataram. Dulunya jalan ini hanya berupa jalan setapak. Kini diperlebar menjadi 6 meter, sepanjang 1,3 km. Selain itu, TMMD juga membuka jalan baru selebar 6 meter sepanjang 755 meter. Inilah yang kemudian menghubungkan dengan Desa Dasan Griya. Setelah pelebaran jalan setapak, pembukaan jalan baru, dilanjutkan dengan pembangunan rabat beton. Pembangunan rabat beton dilakukan lebih awal di titik-titik rawan, seperti tanjakan. Sementara jika jalan lurus, walaupun masih berupa tanah pengerasan akan memudahkan warga untuk melintas.
“Sekarang saja sudah bisa naik mobil,’’ kata Rohani.
Kepala Desa Giri Madia Samiudin mengatakan, sebelum kegiatan TMMD akses ekonomi masyarakat yang tinggal di Dusun Kebun Baru terhambat. Padahal potensi ekonomi hasil kebun sangat potensial. Durian,nangka, kelapa, pisang, dan sayuran setiap hari dijual warga. Mereka melewati jalan setapak yang rusak, bahkan lebih sering jalan kaki. Akibatnya akses perekonomian masyarakat sulit berkembang. Biaya untuk membawa hasil kebun ke pasar menjadi lebih mahal.
Ketika ada informasi pelebaran jalan dan pembukaan jalan baru, warga langsung menyambut gembira. Warga yang memiliki lahan di jalur yang dilewati menyumbangkan tanahnya. Bagi warga pemilik lahan, dengan memberikan tanah mereka untuk jalan baru dengan sendirinya menaikkan harga tanah mereka. Dulu tanah mereka berada di tengah kebun, melewati lahan orang lain. sulit membawa hasil kebun, harga tanah menjadi murah.
“Sekarang jalan belum jadi, langsung naik harga tanah. Terutama yang tanahnya di pinggir jalan. Mereka mengikhlaskan 3 meter, sekarang harga tanah mereka jauh berkali-kali lipat,’’ kata Samiudin.
Untuk pekerjaan jalan ini, TNI dan pemerintah desa membuat jadwal giliran. Warga membagi diri setiap shif 25 orang. Dalam sehari ada 2 shif sehingga total warga yang ikut gotong royong sebanyak 50 orang. Kemudian, desa membuat giliran untuk 7 dusun, sehingga masing-masing dusun akan kebagian beberapa hari kemudian, tidak gotong royong setiap hari.
“Masyarakat sadar bahwa jalan ini untuk mereka. Belum jadi harga tanah mereka sudah naik. Sekarang pun sudah ada yang bawa pick up untuk angkut hasil kebun,’’ katanya.
Samiudin membandingkan waktu untuk proses pengangkutan sebelum ada jalan dan setelah ada jalan. Dulunya warga butuh waktu 40 menit untuk membawa hasil kebun ke jalan desa, sekarang cukup 5-10 menit. Selain itu, dulu hanya bisa sepeda motor, sekarang sudah bisa roda empat
“Dari sisi efektivitas, sekarang bisa muat lebih banyak hasil kebun. Jadi tidak khawatir langsung panen banyak,’’ katanya.
Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 meninjau langsung lokasi kegiatan wilayah Komando Distrik Militer (Kodim) 1606/Mataram pada Sabtu 1/11.
—
TMMD ke-126 hadir menjawab aspirasi masyarakat
Pada Sabtu (1/11) Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 meninjau langsung lokasi kegiatan wilayah Komando Distrik Militer (Kodim) 1606/Mataram, datang melihat langsug proses pembukaan jalan. Rombongan dipimpin oleh Irut-2 Minpuanter Itter Itum Itjenad, Kolonel Inf Gunung Bintoro. Rombongan disambut Komandan Kodim (Dandim) 1606/Mataram Kolonel Inf Nyarman, M.Tr.(Han) bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) dan masyarakat setempat. Rombongan Dinas PUPR Lombok Barat pun ikut dalam kegiatan ini.
Dandim 1606/Mataram menjelaskan bahwa TMMD ke-126 hadir menjawab aspirasi masyarakat untuk membuka dan memperlebar akses jalan yang selama ini menjadi nadi perekonomian warga.
“Dengan pembukaan jalan baru sepanjang 755 meter dan pelebaran jalan lama lebih dari 1,3 kilometer, diharapkan hasil pertanian dan perkebunan dapat lebih mudah diangkut ke pasar, sehingga roda ekonomi masyarakat berputar lebih cepat,” ujar Kolonel Inf Nyarman.
Saat proses pembangunan jalan ini pun sudah terlihat aktivitas ekonomi itu. Warga hilir mudik menggunakan motor mengangkut hasil kebun. Jika ada sebagian jalan kaki, karena mereka masih khawatir dengan kondisi jalan yang becek. Begitu juga dengan kendaraan roda empat sudah berani membawa hasil bumi. Ini menunjukkan bahwa pembangunan jalan ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Kolonel Inf Gunung Bintoro dalam arahannya menegaskan bahwa TMMD merupakan wujud nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat. Program ini tak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial masyarakat melalui kegiatan nonfisik seperti penyuluhan, pelayanan kesehatan, dan edukasi bela negara.
“Kami ingin memastikan setiap hasil TMMD benar-benar memberi manfaat jangka panjang bagi warga,” tegasnya.
*Sinergi Antar Pemerintah Lombok Barat dan TNI
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Lombok Barat, Ahad Legiarto menjelaskan, program TMMD di wilayah Lombok Barat berjalan dengan sistem pembiayaan gotong royong antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan TNI. Dari data Dinas PUPR, total dukungan anggaran mencapai sekitar Rp1,7 miliar, terdiri atas Rp1,2 miliar dari APBD Lombok Barat dan hampir Rp500 juta dari TNI.
“Jika ini dilakukan sendiri oleh Pemda, mungkin anggarannya tidak cukup. Karena memang medannya ekstrem dan cuacanya juga tidak mendukung,” ungkap Ahad.
Menurutnya, kondisi geografis wilayah sasaran TMMD di Lombok Barat memang menantang. Selain jalur terjal dan berlumpur, cuaca yang tidak menentu kerap menjadi kendala utama dalam proses pengerjaan jalan dan fasilitas umum. Namun, berkat kolaborasi dengan TNI, pekerjaan tetap berjalan lancar dan selesai sesuai target.
“Makanya saya bilang, hanya TNI yang bisa melaksanakan pekerjaan seperti ini. Medannya sangat ekstrem, tapi TNI mampu menuntaskan dengan baik,” katanya menegaskan.
Ahad juga menyampaikan bahwa ke depan, Pemkab Lombok Barat berencana menindaklanjuti hasil program TMMD dengan peningkatan status jalan yang dibangun. Saat ini, sebagian besar ruas jalan hasil TMMD masih berstatus jalan desa, sehingga tidak dapat dibiayai langsung oleh APBD kabupaten.
“Ke depan insya Allah, Pemda akan menindaklanjuti dengan memasukkan status jalan ini supaya menjadi jalan kabupaten. Kalau sudah naik status, program lanjutan bisa masuk,” jelasnya.
Ia menambahkan, perubahan status jalan menjadi jalan kabupaten penting agar pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh dalam pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur. Dengan demikian, ruas-ruas yang dibuka melalui program TMMD tidak hanya bisa digunakan sementara, tetapi juga mendapatkan perhatian berkelanjutan dari Pemkab.
“Kalau masih statusnya jalan desa, Pemda tidak bisa menganggarkan perbaikan atau peningkatannya. Jadi ini akan kita urus segera,” imbuhnya. (*)












