JAKARTA (NTB NOW.CO)- Dalam upaya memperkuat demokrasi dan menjaga keamanan data nasional di era digital, Relawan Perisai Prabowo menggelar diskusi dengan tema “Relawan Perisai Prabowo Vs Ancaman Siber: Menjaga Demokrasi dan Keamanan Data Nasional”.
Menurut Ketua Divisi Kajian Strategis dan Inovasi Kebijakan DPP Perisai Prabowo Aziz Fauzul Adzim, acara ini akan diadakan pada Jumat, 5 Juli 2024, pukul 14.00 WIB di kantor pusat Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jl Veteran II Jakarta.
Diskusi ini menampilkan dua pembicara utama: Ahmad Jojon Novandri, M.A. Pol., Sekjen DPP Perisai Prabowo, dan Drs. Firdaus, M. Si., Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).
Keduanya akan mengupas tuntas peran penting yang dimainkan oleh Relawan Perisai Prabowo dalam menjaga keamanan data nasional serta memperkuat demokrasi di era digital yang kian kompleks.
Dalam sesi pertama, dibahas mengenai “Ancaman Siber di Era Digital”. Para pembicara memaparkan berbagai jenis ancaman siber yang dihadapi Indonesia, seperti serangan malware, phishing, dan disinformasi, serta dampaknya terhadap keamanan data nasional dan stabilitas demokrasi.
Pada sesi kedua, “Peran Relawan Perisai Prabowo” menjadi sorotan utama. Ahmad Jojon Novandri menjelaskan strategi dan inisiatif yang dilakukan oleh relawan dalam memerangi ancaman siber.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara Perisai Prabowo dengan institusi pemerintah dalam menjaga keamanan data dan integritas informasi.
Sesi ketiga mengangkat tema “Milenial sebagai Agen Perubahan”. Diskusi ini menyoroti bagaimana generasi milenial, terutama yang tergabung dalam Relawan Perisai Prabowo, dapat berperan aktif dalam menjaga keamanan data.
Pembicara menekankan pentingnya pemberdayaan milenial untuk menjadi lebih kritis dan tanggap terhadap informasi yang diterima di media siber.
Selanjutnya, dalam sesi keempat bertema “Keamanan Data untuk Demokrasi yang Sehat”, para pembicara membahas hubungan antara keamanan data dan keberlangsungan demokrasi yang sehat dan transparan.
Mereka juga menyoroti peran media siber dalam menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya demi mendukung proses demokrasi.
Diskusi ditutup dengan sesi kelima mengenai “Membangun Ketahanan Siber”. Dalam sesi ini, dijelaskan langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh individu dan kelompok untuk meningkatkan ketahanan terhadap ancaman siber.
Selain itu, pentingnya edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan literasi digital di kalangan milenial juga menjadi pembahasan utama.
“Acara ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan siber dan peran aktif milenial dalam menjaga integritas informasi, demi mewujudkan demokrasi yang sehat dan transparan di Indonesia,” ujar Aziz Fauzul Adzim. (*)