MATARAM, NTBNOW.CO–PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTB terus mendorong pemanfaatan material Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau abu sisa proses pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Berkolaborasi dengan stakeholder dan masyarakat, FABA diolah beberapa menjadi bahan baku khususnya di bidang konstruksi yang dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat.
General Manager PLN UIW NTB, Sudjarwo menjelaskan pemanfaatan FABA di NTB sendiri saat ini cukup baik. Tercatat hingga Juli 2023, dari 79.4 ribu ton FABA yang ada di dua lokasi PLTU, sebanyak 40,3 ribu ton atau 50,76% nya telah dimanfaatkan secara optimal.
“PLN berhasil mengimplementasikan strategi yang efektif dalam mendukung pengurangan dampak lingkungan dari PLTU yang kami miliki. Bersinergi dengan pemerintah provinsi NTB, PLN berupaya untuk terus mendorong pemanfaatan FABA untuk mendukung ekonomi sirkular di NTB,” ujar Djarwo.
Di NTB sendiri, dua PLTU yang memproduksi FABA adalah PLTU Jeranjang dan PLTU Taliwang. Per Juli 2023, PLTU Jeranjang yang berlokasi di Taman Ayu, Jeranjang memiliki sebanyak 70,8 ribu ton FABA dan 36,59 ribu ton atau 51,67% nya telah dimanfaatkan oleh masyarakat.
Untuk PLTU Taliwang yang berlokasi di Kertasari, Taliwang saat ini memiliki 8,6 ribu ton FABA dan 3,7 ribu ton atau 43,27% -nya juga telah dimanfaatkan secara maksimal.
Pemanfaatan FABA sendiri untuk saat ini sebagian besar digunakan di bidang konstruksi seperti pembuatan batako dan juga paving block. Selain itu, FABA juga digunakan untuk stabilisasi tanah salah satunya pada event Motocross Grand Prix di Lombok beberapa waktu lalu.
Dengan kolaborasi bersama stakeholder dan masyarakat, PLN membuka kesempatan kepada semua kalangan yang ingin memanfaatkan FABA menjadi produk bernilai tinggi baik sebagai campuran dalam industri konstruksi maupun infrastruktur pembangunan.
“PLN terus berupaya menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan terbuka kepada seluruh masyarakat yang ingin berpartisipasi memanfaatkan FABA ini. FABA kini menjadi primadona yang dapat menjadi nilai tambah yang dapat diolah dan memberikan banyak manfaat,” tutup Djarwo. (red)