MALAM itu hujan deras mengguyur kota, tapi Raka, seorang wartawan muda dari media online lokal, tetap terjaga di kantornya yang sempit. Ia sedang menyelesaikan liputan investigasinya tentang dugaan korupsi dalam proyek revitalisasi pasar tradisional di kotanya.
Sudah berminggu-minggu Raka menyelidiki kasus ini. Ia menemui para pedagang yang mengeluh tentang fasilitas pasar yang tak kunjung selesai meski anggaran besar telah digelontorkan. Salah satu pedagang, Bu Siti, bahkan menunjukkan foto-foto kondisi pasar yang jauh dari layak. “Kami ini hanya ingin tempat yang layak untuk berjualan, Mas. Tapi proyek ini seperti tak ada ujungnya,” keluhnya.
Raka juga berhasil mendapatkan salinan dokumen kontrak proyek dari seorang sumber anonim. Dari sana, ia menemukan ketidaksesuaian antara anggaran yang diajukan dengan hasil pekerjaan di lapangan. Namun, apa yang ia tulis malam itu akan menjadi ujian besar dalam kariernya.
Esok paginya, setelah berita itu tayang, reaksi beragam bermunculan. Beberapa pembaca memuji keberanian Raka mengungkap fakta, sementara yang lain menganggapnya hanya mencari sensasi. Tak lama setelah itu, ponsel Raka berdering.
“Apa kau yang menulis berita ini?” suara seorang pria terdengar tajam di ujung telepon. Raka mengenali suara itu, seorang pejabat yang ia tulis dalam laporannya. “Berhentilah sekarang, atau kau akan menyesal!” ancam pria itu sebelum menutup telepon.
Raka gemetar sejenak, tapi ia tahu ini adalah risiko pekerjaannya. Dengan dukungan dari pemimpin redaksi dan koleganya, ia memutuskan untuk melanjutkan liputannya. Bersama timnya, Raka menggali lebih dalam, hingga akhirnya menemukan bukti kuat berupa rekaman percakapan antara pejabat tersebut dengan seorang kontraktor.
Berita lanjutan yang Raka tulis akhirnya membuat publik marah. Tekanan dari masyarakat dan lembaga anti-korupsi memaksa pejabat itu mundur dari jabatannya, bahkan membuka jalan bagi penyelidikan resmi.
Di tengah hiruk pikuk itu, Raka tetap rendah hati. Baginya, keberhasilan ini bukan hanya tentang dirinya, tapi tentang tanggung jawab seorang wartawan kepada masyarakat.
“Kebenaran memang kadang berbahaya,” katanya sambil menatap hujan yang kembali turun. “Tapi tanpa keberanian, kebenaran takkan pernah punya suara.” (ai)
Ilustrasi gambar: bing.com