Langkah Berani
“Kebenaran akan tetap keluar, meski kalian mencoba menutupinya,” katanya, sebelum berbalik dan mencoba pergi.
Tanpa berpikir panjang, Arman berdiri dan menyusul pria itu. Ia tahu, jika pria ini ditangkap, maka semua bukti bisa hilang atau dikubur selamanya. “Tunggu!” panggil Arman, menyusul pria itu ke lorong gedung. Suara langkah kaki polisi terdengar semakin dekat.
Pria berjubah hitam menoleh, wajahnya penuh dengan kelelahan namun masih menyimpan tekad. “Apa yang kau inginkan, wartawan?”
“Aku ingin membantu. Tapi aku butuh dokumen itu,” kata Arman, matanya tajam menatap amplop yang masih dipegang erat.
Pria itu terdiam sejenak, memandang Arman seolah menilai apakah dia bisa dipercaya. Dalam sekejap, dia mengulurkan amplop itu kepada Arman. “Bawa ini, simpan di tempat yang aman. Dan pastikan cerita ini sampai ke publik, apa pun yang terjadi.”
Tanpa basa-basi, pria itu menyerahkan amplop berharga itu dan bergegas pergi ke arah yang berlawanan, menghilang di kerumunan yang mulai panik. Arman menggenggam amplop itu erat-erat, merasakan berat tanggung jawab yang kini berada di pundaknya. Ia tahu, langkah selanjutnya sangat berisiko. Jika polisi mengetahui bahwa ia membawa dokumen ini, hidupnya bisa berubah dalam sekejap.
Tak ingin membuang waktu, Arman dengan cepat bergerak menuju pintu belakang gedung. Ia harus keluar sebelum situasi menjadi semakin berbahaya. Setibanya di luar, udara dingin pagi hari menyergap wajahnya, tapi ia tak peduli. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah bagaimana memastikan informasi ini sampai ke publik tanpa terhalang oleh kekuasaan. (bersambung)
Ilustrasi foto: bing.com