Di Balik Layar Berita (1)

Lonceng Telepon Malam Itu….

Malam merambat pelan di sebuah kota yang sibuk, menyisakan kesunyian di beberapa sudutnya. Di sebuah kantor redaksi media siber, Arman (nama rekaan), seorang wartawan muda yang baru bekerja selama satu tahun, masih duduk di depan layar komputernya. Ruangan itu sederhana; dindingnya dipenuhi bulletin board penuh catatan, foto-foto peristiwa penting, dan koran lama yang menempel seperti prasasti kenangan. Di sudut meja Arman, secangkir kopi dingin tersisa setengah.

Telepon di mejanya berdering nyaring, memecah kesunyian malam. Dengan refleks yang cepat, Arman mengangkatnya.

“Ini Arman, wartawan ntbnow.co. Ada yang bisa saya bantu?”

Suara di seberang terdengar pelan tapi tegas. “Besok ada konferensi pers di Balai Kota, soal dugaan korupsi besar. Jangan terlambat. Ini cerita yang bisa mengubah segalanya.”

Arman tertegun, dan telepon itu pun terputus begitu saja. Ini bukan pertama kali ia mendapatkan informasi seperti ini, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda—lebih dalam, lebih berbahaya. Perutnya seakan merasakan ketegangan yang akan segera datang.

Tanpa berpikir panjang, ia meraih jaket lusuhnya dan keluar dari kantor menuju ke tempat yang mungkin bisa memberinya sedikit jawaban. Sebagai wartawan, instingnya mengatakan, terkadang informasi paling penting tidak datang di konferensi pers, tetapi di tempat-tempat gelap dan sudut tersembunyi. (bersambung)

Ilustrasi foto: bing.com