Ramadlan Sebagai Bulan Ketaqwaan dan Kebahagiaan dalam Beribadah

Oleh: Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I

Guru Besar FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Bulan Ramadlan hanya datang sekali dalam setahun. Saat ini kita sedang ada berada di sepuluh pertama bulan Ramadlan 1444 H. Ramadlan diberikan secara cuma-cuma, namun setiap detik sangat bermakna dan berharga (priceless time). Mari kita sama-sama berikhtiar untuk tidak  membiarkan Ramadlan berlalu dengan sia-sia  begitu saja. Dalam mengisinya, apa  sebaiknya yang harus dilakukan?

Beberapa hal yang menjadikan bulan Ramadlan 1444 H berimplikasi kepada terbentuknya karakter manusia yang lebih islami dan mengisi kehidupannya dinaungi dengan kebahagiaan dan keberkahan antara lain, dengan:

Pertama, meluruskan niat (deciding your focus) selama sebulan agar Iman (Ruh) di dalam diri (dada) yang ia-nya merupakan turunan dari Nur Muhammad Saw (Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah) dapat mempuasakan manusia yang ia-nya keturunan Adam (hawa, nafsu, dunia, syetan), serta bertekad untuk mencapai fadilah dan keutamaan dalam berpuasa.

Kedua, menyusun rencana (planning) yang matang dalam mencapai target-target ibadah dan amal shalih Ramadlan, serta target mengikis kebiasaan jahiliyah, Zhulumat (kegelapan: hawa-nafsu-dunia-syetan) serta memenanngkan potensi Iman yang ada dalam diri yang sebenarnya diri _Al-Haqqu min Rabbika falaa Takuwnanna minal Mumtariiin._ Itulah Ia-nya: Shiddiq-Amanah-Tabligh dan-Fathonah (al-Akhlaq al-Kariimah) yang Rasul Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk keperluan itu _”Innama buitstu Liutammima Makaarimal Akhlaq”_  (sesungguhnya Aku diutus untuk memperbaiki Akhlaq).

Ketiga, tidak berlebih-lebihan dalam bersahur dan berbuka puasa (ifthar), serta membiasakan mengonsumi kurma atau makanan yang manis lainnya agar diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankannya di siang hari.

Keempat, menunaikan zakat fitrah dengan ukuran yang telah ditentukan untuk per orang satu sha’ atau satu gantang Bagdad (2,5 kg beras). Jika lebih, kelebihannya itu sebagai sedekah. Bisa juga momen Ramadlan digunakan untuk mengeluarkan zakat harta, profesi, dan banyak berinfaq. Kelima, berusaha tilawatil  Qur’an (tadarus membaca Kitab Qur`an) sampai khatam (selesai), minimal 1 kali khatam serta menghapal dan mentadabburinya, terutama hakekat yang dimaksud (dikandungnya) sesuai kemampuan.

Melalui proses tersebut, bulan Ramadlan membentuk perilaku ketaqwaan secara keseluruhan pada setiap muslim. Bahkan, perilaku ketaqwaan tersebut harus dilaksanakan secara luas sehingga memberikan pengaruh yang besar dalam jiwa setiap muslim. Oleh karena itu, meningkatkan pemahaman agama dengan membaca diri sebenarnya diri (Iman di dalam dada) dan belajar Islam, khususnya tentang puasa, baik segi syariat maupun hakekatnya merupakan bentuk dari mengambil nilai reflektif dari berbagai aktivitas di bulan Ramadan sehingga nilai ketaqwaan setiap umat muslim selalu meningkat dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Disnilah pentingnya setiap diri kita untuk menjaga kedisiplinan dan muraqabatullah (perasaan bahwa Allah Ta’ala mengawasi kita) dalam berpuasa. Ini yang akan menjadikan bulan Ramadlan sebagai bulan kebahagiaan dan ketaqwaan dalam beribadah. Hal itu akan terasa lebih indah apabila setiap malam Ramadlan dihiasi dengan shalat Tarawih dan Witir (qiyamullail Ramadlan) seta shalat Tasbih dan targetkan harus bisa penuh 30 malam.

Hal lain yang perlu dilakukan agar nilai ketaqwaan kita semakin sempurna adalah dengan menghindar dan menjauhkan diri dari sebab-sebab yang dapat mendekatkan dan menjerat diri pada kemaksiatan seperti perilaku, pergaulan, perkataan, bacaan, tontonan, dan konsumsi barang haram yang sia-sia untuk selama-lamanya. Setiap pribadi muslim juga harus berusaha untuk saling menjaga hati, lisan, dan sikap (hawa, nafsu dunia syetan (4) + 10 (ajib, riya’, takabbur, iri, dengki, hasut, fitnah, tama’, loba/rakus, dan sombong) + 3 (benci, dendam, dan menghancurkan) = 17 maksiat bathin) yang harus diatasi dengan 17 raka’at shalat sehari semalam. Lalu, untuk menyempurnakan puasa, kita menjaga pandangan. Bagi wanita yang belum menutup aurat harus memulai menutup aurat untuk seterusnya.

Akhirnya, setiap menyelesaikan puasa Ramadlan dilanjutkan dengan melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal yang nilainya setara dengan berpuasa selama satu tahun. Semoga semua amal ibadah yang dikerjakan pada bulan Ramadlan ini diterima oleh Allah dan mampu meningkatkan nilai ketaqwaan menjadi semakin sempurna. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *