Sunnah dan Bid’ah dalam Perspektif Islam: Panduan Beragama yang Otentik

HM Syukur, Foto: istimewa

DALAM perkembangan Islam, konsep Sunnah dan Bid’ah sering menjadi bahan perdebatan. Sunnah dianggap sebagai panduan utama umat Islam untuk menjalani kehidupan, sementara Bid’ah dipandang sebagai inovasi yang berpotensi menyimpang dari ajaran yang murni. Artikel ini mengulas pentingnya memahami kedua konsep ini secara tepat agar ajaran Islam tetap terjaga dari perubahan yang tidak diinginkan.

Apa Itu Sunnah?

Sunnah secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, baik itu berupa perkataan, tindakan, maupun persetujuan beliau. Sunnah menjadi sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an, yang berfungsi melengkapi dan menjelaskan ajaran kitab suci. Dalam aspek kehidupan, Sunnah memberikan panduan konkret mulai dari ibadah hingga tata cara berinteraksi sosial.

Sebagai contoh, dalam pandangan Dr. Ali Hasan, Sunnah memegang peran penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam, melengkapi Al-Qur’an, dan menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam berbagai aspek kehidupan. Pengamalan Sunnah menunjukkan komitmen seorang Muslim dalam meneladani Nabi Muhammad SAW, baik dari segi ibadah maupun perilaku sosial.

Bid’ah: Inovasi yang Dibatasi

Di sisi lain, Bid’ah sering dianggap sebagai inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an maupun Sunnah. Konsep ini memiliki nuansa yang lebih kompleks, karena ulama membagi Bid’ah menjadi dua kategori: Bid’ah Hasanah (inovasi positif) dan Bid’ah Sayyiah (inovasi negatif). Bid’ah Hasanah dapat diterima jika inovasi tersebut memberikan manfaat tanpa melanggar prinsip-prinsip agama, sementara Bid’ah Sayyiah dianggap merusak dan harus dihindari.

Dr. Abdullah bin Muhammad menekankan bahwa Bid’ah bisa menjadi penyimpangan jika tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni. Namun, dalam beberapa kasus, Bid’ah juga bisa bersifat positif, seperti penggunaan teknologi untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, asalkan tidak mengubah inti dari ajaran agama.

Pandangan Modern Mengenai Bid’ah

Dalam pandangan modern, konsep Bid’ah sering dipandang lebih fleksibel. Ulama seperti Dr. Jamal al-Din al-Qasimi menekankan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, beberapa inovasi yang tidak ada pada masa Nabi Muhammad SAW dapat diterima jika membawa manfaat bagi umat, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar agama. Contohnya, dalam dunia pendidikan, metode belajar modern atau teknologi dapat dianggap sebagai inovasi positif yang mendukung pemahaman agama yang lebih luas.

Pentingnya Menjaga Keaslian Ajaran Islam

Melalui pemahaman yang benar tentang Sunnah dan Bid’ah, umat Islam diingatkan untuk berhati-hati dalam mengadopsi perubahan yang dapat merusak keaslian ajaran. Dengan memahami peran Sunnah sebagai panduan otentik dari Nabi Muhammad SAW dan Bid’ah sebagai inovasi yang harus diperiksa dengan teliti, umat dapat menjalani kehidupan keagamaan yang sesuai dengan tuntunan syariat.

Kesimpulan

Keseluruhan kajian tentang Sunnah dan Bid’ah menegaskan pentingnya memahami keduanya dengan tepat. Sunnah adalah pedoman yang otentik dari Nabi Muhammad SAW, sementara Bid’ah, meskipun dapat berupa inovasi, harus dipantau agar tidak menyalahi prinsip-prinsip agama. Dengan pemahaman yang komprehensif, umat Islam dapat menjaga kemurnian agama di tengah perubahan zaman tanpa meninggalkan esensi ajaran Islam yang hakiki. (hm syukur/berbagai sumber)