*Oleh Umi Sjarifah*
KETIKA menyebut nama Taiwan, apa yang terbayangkan pertama kali adalah Bahasa Mandarin, Chinese food, dan masyarakatnya yang memegang teguh tradisi leluhur. Pandangan itu ada benarnya, namun lebih dari itu, ternyata Taiwan begitu mengesankan bagi para wisatawan.
Lima jurnalis dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) berkesempatan mengunjungi Taiwan untuk menghadiri undangan dari Biro Pariwisata Kementerian Perhubungan dan Komunikasi Taiwan serta difasilitasi oleh Taiwan Economic and Trade Office (TETO) Jakarta.
Tim yang terdiri dari para wartawan senior Aat Surya Safaat, Retno Intani, Jon Heri, Umi Syarifah, dan Yono Hartono itu bertolak dari Jakarta pada Sabtu, 4 Februari dan kembali ke Indonesia pada 9 Februari 2023.
Banyak momen istimewa dan berkesan yang diperoleh di Taiwan untuk dibawa pulang ke Tanah Air sebagai oleh-oleh. Salah satunya adalah keramahtamahan dan budaya tertib masyarakat Taiwan.
Keramahtamahan Taiwan mulai terasa dari bagaimana pelayanan prima para pramugari Eva Air (salah satu maskapai penerbangan Taiwan) dalam penerbangan kami dari Jakarta menuju Taipei serta keramahtamahan para petugas Imigrasi di Bandara Touyuan International Taipei.
Kami mendarat di Taoyuan International Airport pada Sabtu, 4 Februari 2023 malam. Bandara yang terletak sekitar 40 km sebelah barat Kota Taipei itu tampak rapi dan bersih.
Petugas bandara pun begitu cekatan dan ramah. “Welcome to Taiwan”. Sapaan ramah itu melepaskan penat tim usai penerbangan sekitar lima jam dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.
Kami pun mendapatkan layanan berkelas ketika tiba di Howard Plaza Hotel Taipei, tempat menginap pada hari pertama dan kedua kunjungan kami di Taiwan.
*Festival Lentera*
Minggu, 5 Februari 2023 menjadi momen istimewa. Kami dapat menyaksikan langsung “Taiwan Lantern Festival 2023” atau Festival Lentera/Lampion yang digelar di Taipei di tahun ini.
Festival ini hampir sama dengan pesta Cap Go Meh di Indonesia yang dirayakan pada hari ke-15 pasca Tahun Baru Imlek. Meski namanya berbeda, namun memiliki makna dan tujuan yang sama, yakni melestarikan tradisi leluhur masyarakat Tionghoa dan berharap adanya kebaikan di masa depan.
Festival lentera atau lampion pada tahun ini terasa spesial bagi warga Taipei. Pasalnya, setelah 23 tahun akhirnya salah satu acara budaya terbesar di Taiwan itu kembali diselenggarakan di ibu kota Taiwan tersebut.
“Biro Pariwisata memutuskan untuk membuat festival lentera terbesar setiap tahun, dimulai dari Taipei. Kemudian, sejak 2001 digelar bergantian di berbagai kota, dan pada tahun ini kembali digelar di Taipei,” ujar Director General Tourism Bureau Taiwan, Chang Shi-Chung dalam keterangan pers di Sun Yat-Sen Memorial Hall, Minggu (5/2/2023).
Meski hujan mengguyur Taipei, namun tak menyurutkan semangat masyarakat untuk menyaksikan Festival Lentera. Mereka tampak penuh suka cita dan menyampaikan harapan pada tahun Kelinci. Melalui Festival Lentera tersirat juga pesan damai untuk dunia.
Decak kagum terhadap Taiwan kembali terucap ketika menyaksikan langsung festival luar biasa ini. Perpaduan antara teknologi dengan budaya menjadi daya tarik tersendiri. Pandangan mata pengunjung tertuju kepada satu lentera utama, yaitu robot kelinci bernama “Brilliant Light of Jade Hare”.
“Robot kelinci memiliki dua roket di bagian belakang. Saat diluncurkan seperti terbang ke angkasa, yang berarti Taiwan sudah siap untuk masa depan yang lebih tinggi,” ungkap Chang Shi-Chung.
Keramahtamahan Taiwan juga mengemuka pada aktivitas kuliner. Bagi wisatawan Muslim, sangat mudah untuk mendapatkan makanan enak yang dijamin halal di Taiwan. Salah satunya di “Halal Chinese Beef Noodle House”.
Lebih dari itu, banyak hotel berbintang sudah menyediakan Al-Quran dan informasi arah Kiblat di ruangan hotel, dan di banyak restoran sudah disiapkan ruangan dan sajadah jika ada tamu Muslim yang mampir, bahkan “Taipei 101” pun menyediakan Mushalla di lantai satu gedung pencakar langit itu.
*Masjid*
Meski Islam merupakan agama minoritas, namun Taiwan sangat toleran. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah masjid di Taipei dan di beberapa kota lainnya di Taiwan. Salah satu masjid yang kami kunjungi adalah “Taipei Grand Mosque” (Masjid Agung Taipei) yang terletak di jantung Kota Taipei.
“Pemerintah Taiwan sangat menghargai pemeluk agama, termasuk kami yang beragam Islam,” tutur Novi Irmania, mahasiswi asal Indonesia yang menjadi pengurus Masjid Agung Taipei sambil menambahkan bahwa Taiwan terus berupaya menciptakan lingkungan wisata yang ramah bagi turis Muslim.
Menurut Novi Irmania, berdasarkan informasi yang diperolehnya, Taiwan berhasil mempertahankan peringkat kedua dalam hal menyediakan lingkungan wisata yang ramah Muslim di antara destinasi negara-negara non OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
Sementara itu informasi dari Taipei Economic and Trade Office (TETO) Jakarta menyebutkan, wisata ramah Muslim saat ini menjadi salah satu nilai utama Taiwan.
TETO juga membenarkan bahwa Taiwan berhasil mempertahankan peringkat kedua dalam penyediaan lingkungan wisata ramah Muslim di antara destinasi wisata non-OKI, berdasarkan Indeks Wisata Halal Dunia MasterCard-Crescent Rating 2022, selain juga dinobatkan sebagai “Destinasi Inklusif pada “Halal in Travel Awards 2022”.
Sejatinya masih banyak lagi keramahan lainnya dari Taiwan, dan jika ditulis akan menjadi sebuah buku. Tetapi melalui catatan singkat ini, paling tidak dapat digambarkan bagaimana keramahtamahan Taiwan setelah dilihat langsung dari dekat.
Mengutip petuah bijak Master Cheng Yen, Biksuni asal Taiwan, “Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.” Mungkin itu salah satu nilai yang membuat Taiwan sangat ramah terhadap pendatang dari negara manapun. Xie xie Taiwan..!
*Penulis adalah Pemimpin Redaksi Media Sudut Pandang yang juga Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) DKI Jakarta