Oleh: Sofia Kusumaningrum
Biografi Tokoh
Rebiya Kadeer lahir pada tahun 1947 di Altay, Xinjiang, dalam keluarga miskin yang mengalami keterbatasan akses pendidikan dan ekonomi. Lingkungan ini membentuk pemikirannya tentang pentingnya pendidikan dan kemandirian ekonomi sebagai jalan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitasnya.
Awalnya, Rebiya Kadeer menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga sebelum terjun ke dunia bisnis. Ia memulai usahanya dengan menjual pakaian tradisional Uighur dan kemudian berkembang ke sektor properti serta perdagangan lintas negara. Keberhasilannya menjadikannya salah satu perempuan terkaya di Tiongkok dan membawanya ke dunia politik.
Sebagai anggota parlemen Tiongkok, ia juga aktif dalam kegiatan sosial, termasuk mendirikan yayasan “Gerakan 1000 Ibu” untuk memberdayakan perempuan Uighur dalam bisnis dan mendukung keluarga kurang mampu.
Pemikiran dan Kontribusi terhadap Kesetaraan Gender serta Penegakan HAM
Rebiya Kadeer awalnya memiliki hubungan baik dengan pemerintah Tiongkok, tetapi ia mulai mengkritik kebijakan diskriminatif terhadap masyarakat Uighur, terutama dalam hal budaya, bahasa, kebebasan beragama, dan akses ekonomi. Ia menekankan pentingnya kesetaraan hak bagi masyarakat Uighur, termasuk perempuan, yang sering kali mengalami diskriminasi ganda.
Namun, sikap kritisnya membuatnya ditangkap pada tahun 1999 dengan tuduhan membocorkan rahasia negara. Ia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara sebelum akhirnya dibebaskan pada tahun 2005 berkat tekanan internasional. Sejak itu, ia mengasingkan diri ke Amerika Serikat dan terus memperjuangkan hak-hak masyarakat Uighur di tingkat global.
Sebagai pemimpin World Uyghur Congress, ia mengkampanyekan kesadaran global tentang pelanggaran HAM di Xinjiang, termasuk isu kerja paksa dan kamp re-edukasi yang menargetkan masyarakat Uighur. Ia juga menyerukan perlindungan internasional bagi pengungsi Uighur yang melarikan diri dari represi pemerintah Tiongkok.
Konteks Pemikiran (Sosio-Politik-Kultural)
Perjuangan Rebiya Kadeer terjadi dalam konteks kebijakan Tiongkok terhadap etnis minoritas, terutama di Xinjiang. Wilayah ini memiliki sejarah panjang ketegangan antara komunitas Uighur dan pemerintah Tiongkok. Diskriminasi terhadap Uighur semakin meningkat sejak Tiongkok menerapkan kebijakan represif dengan dalih menjaga stabilitas dan mencegah separatisme.
Selain itu, Rebiya Kadeer berjuang di tengah lanskap politik global yang kompleks. Tiongkok berupaya membungkam kritik terhadap kebijakannya di Xinjiang, sementara banyak negara mempertimbangkan hubungan ekonomi mereka dengan Tiongkok sebelum mengambil sikap terhadap isu Uighur. Dalam situasi ini, Rebiya Kadeer tetap konsisten menyuarakan keadilan bagi komunitasnya.
Kesimpulan
Rebiya Kadeer adalah contoh bagaimana seorang pengusaha sukses dapat bertransformasi menjadi aktivis hak asasi manusia karena melihat ketidakadilan terhadap komunitasnya. Meskipun berada dalam pengasingan, ia terus memperjuangkan hak masyarakat Uighur melalui berbagai platform internasional.
Perjuangannya menyoroti pentingnya keberanian dalam membela keadilan serta bagaimana seorang perempuan dapat memainkan peran kunci dalam perjuangan hak asasi manusia. Warisannya tidak hanya terletak pada pencapaiannya di dunia bisnis tetapi juga pada kontribusinya dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat Uighur di panggung global.
Referensi
- “Rebiya Kadeer,” Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses 5 Maret 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Rebiya_Kadeer.
- “Rebiya Kadeer,” Wikipedia Bahasa Inggris, diakses 5 Maret 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Rebiya_Kadeer.
- Uyghur Human Rights Project, “China’s Persecution of Rebiya Kadeer and Her Family,” diakses 5 Maret 2025, https://uhrp.org.
- Amnesty International, “China: Uighur Human Rights Defenders Under Threat,” diakses 5 Maret 2025, https://www.amnesty.org/en/latest/news/.
- Lantos Foundation, “2015 Lantos Human Rights Prize Recipients,” diakses 5 Maret 2025, https://www.lantosfoundation.org/2015-prize.
- World Uyghur Congress, Official Website, diakses 5 Maret 2025, https://www.uyghurcongress.org.
*Mahasiswa Pascasarjana UIN Mataram