Dua Jempol untuk Firdaus, Suara Daerah yang Menggema di Dunia

Oleh: Zulfikar Tanjung

Di tengah gegap gempita peringatan World Press Freedom Day 2025 yang digelar meriah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, ada satu sosok yang patut kita beri dua jempol penuh apresiasi: Firdaus, Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).

Kiprah dan keteguhan sikapnya dalam mengangkat marwah media siber daerah ke panggung global bukan hanya menginspirasi, tapi juga menegaskan bahwa kepemimpinan yang jujur, konsisten, dan memahami ruh zaman adalah kunci utama kemajuan pers Indonesia.

Bukan sekadar hadir sebagai tamu, SMSI di bawah kepemimpinan Firdaus tampil aktif, membawa semangat dari daerah untuk dunia.

Melalui booth pameran yang menyuarakan “Suara Media Siber dari Daerah untuk Dunia”, SMSI menjelma sebagai simbol kekuatan jurnalisme lokal yang beretika, berdaya saing, dan melek digital.

Langkah ini bukan sekadar representasi organisasi, melainkan manifestasi dari visi besar seorang pemimpin yang tahu bahwa media daerah bukan pelengkap, tetapi fondasi dari keberagaman informasi yang berkualitas.

*Mengapa Firdaus Patut Diapresiasi?*

Pertama, kesadaran momentum. Firdaus memahami betul bahwa World Press Freedom Day bukan sekadar seremoni tahunan.

Ia menjadikannya panggung untuk memperlihatkan eksistensi media lokal sebagai bagian penting dalam demokrasi global. Di tengah derasnya arus informasi digital yang seringkali didominasi pusat-pusat informasi dunia, ia memastikan bahwa suara dari kabupaten, kota, dan pelosok Indonesia tidak hanya terdengar, tapi juga dihargai.

Kedua, komitmen pada nilai dan etika jurnalisme. Firdaus tidak terjebak dalam glamor kebebasan pers yang bebas tanpa arah. Ia menekankan bahwa kebebasan harus dibarengi tanggung jawab, bahwa kecepatan harus diiringi akurasi, dan bahwa media yang dipercaya adalah media yang menjaga integritas. Di tengah disrupsi algoritma dan tekanan ekonomi, ia tetap menanamkan pada anggotanya bahwa jurnalisme adalah jalan pengabdian kepada kebenaran.

Ketiga, penguatan struktur dan jaringan media daerah. Di bawah kepemimpinannya, SMSI tak hanya menjadi organisasi pers terbesar di Indonesia, tapi juga yang paling merata ke seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Ini bukan capaian administratif semata, tapi bukti keberhasilan strategi membangun ekosistem media yang saling menopang dan berjejaring.

*Ruh Momentum Ini: Kebebasan Pers sebagai Nafas Demokrasi*

World Press Freedom Day adalah momen reflektif bagi seluruh insan pers di dunia. Di sinilah kita kembali diingatkan bahwa kebebasan pers bukanlah hak istimewa segelintir orang, tetapi syarat utama agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar, kritis, dan membebaskan.

Dalam konteks Indonesia, di mana media daerah seringkali berada di bawah bayang-bayang kekuasaan lokal atau minim dukungan infrastruktur, kehadiran SMSI menjadi jembatan untuk menjadikan mereka setara di mata demokrasi.

Ruh dari momentum ini, seperti ditegaskan Firdaus, adalah bagaimana menjadikan media bukan sekadar kanal berita, tapi penjaga moral publik. Sebuah media yang merdeka, bertanggung jawab, dan punya keberanian menyuarakan kepentingan masyarakat tanpa takut dikekang atau dibeli.

*Manfaat bagi Profesionalisme Media Siber Daerah*

Dampak dari kiprah SMSI dalam momentum ini sungguh luas. Pertama, meningkatkan kepercayaan publik terhadap media daerah. Ketika media lokal dilihat tampil percaya diri di panggung internasional, publik juga akan lebih menghargai produk jurnalistik mereka.

Kedua, memperkuat etos profesionalisme di kalangan wartawan lokal — bahwa menjadi jurnalis di daerah tidak membuat mereka kurang penting dibandingkan jurnalis nasional. Ketiga, membuka peluang kerja sama lintas daerah dan internasional, baik dalam bentuk pelatihan, kolaborasi konten, hingga akses dukungan sumber daya.

Di sinilah letak keunggulan seorang Firdaus — ia bukan hanya pemimpin organisasi, tapi pemimpin pergerakan. Pergerakan untuk membangkitkan martabat media siber lokal agar berdiri sejajar, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di kancah global. Kepemimpinan yang membumi, tapi bermata dunia.

Maka tak berlebihan jika dalam peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia tahun ini, kita memberi jempol penuh salut kepada Firdaus. Ia telah membuktikan bahwa dari daerah, suara kebenaran bisa menggema hingga ke dunia *(Penulis Anggota Litbang SMSI Pusat)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *