LOMBOK, NTBNOW.CO-– Bibit lobster yang melimpah di Lombok sebanyak 10 juta setiap tahun menjadi tantangan menarik bagi akademisi dan pelaku perikanan di NTB. Meskipun hanya sekitar 10 persen dari jumlah tersebut yang dapat dibudidayakan. Hal ini menantang para ahli perikanan di Indonesia, terutama di NTB, yang memiliki sumber daya melimpah.
Belum adanya teknologi budidaya lobster yang sepenuhnya dikuasai secara nasional menjadi peluang bagi importir ilegal untuk memasukkan bibit lobster secara ilegal.
“Hanya 10 persen yang bisa kita budidayakan, dan itupun teknologinya masih alami dari nelayan kita. Tentu ini merupakan tantangan bagi akademisi di Indonesia, terutama di NTB yang memiliki sumber daya melimpah,” kata seorang ahli perikanan.
Untuk mengatasi tantangan ini, kerjasama antara pemerintah, pengusaha, dan akademisi diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan budidaya lobster. Potensi besar dari jumlah dan jenis pakan lobster, serta faktor-faktor seperti suhu udara dan kandungan oksigen, bisa menjadi kunci pertumbuhannya yang lebih cepat.
Selain potensi budidaya lobster, NTB juga memiliki sektor perikanan lain yang menjanjikan. NTB adalah salah satu penghasil garam terbesar di Indonesia, serta memiliki produksi rumput laut yang signifikan. Mutiara dari NTB juga telah sukses mengalihkan teknologi budidayanya dari Jepang, dan udang hasil budidaya tambaknya kini mendapatkan perhatian di pasar internasional.
Namun, tantangan tidak hanya terbatas pada budidaya lobster. Beberapa isu lain yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan sektor perikanan di NTB meliputi pengembangan teknologi budidaya lobster yang lebih baik, bantuan pemasaran untuk produk garam dan olahan lainnya, perlindungan kawasan konservasi, serta masalah terkait pembiayaan bagi nelayan kecil dan infrastruktur pendukung seperti cold store dan gudang.
Dengan kerjasama yang baik antara berbagai pihak terkait, potensi perikanan NTB yang sangat menjanjikan dapat diwujudkan menjadi peluang nyata bagi pertumbuhan ekonomi daerah serta peningkatan pendapatan dan PAD. (red)