MATARAM (NTBNOW.CO)–Media massa memegang penting dalam proses pembangunan. Untuk itu, sinergitas pemerintah dengan media massa, mutlak diperlukan.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Dinas Kominfotik NTB, Bq Nelly Yuniarti ketika memberi sambutan sekaligus sebagai keynote speaker pada acara Peningkatan Kapasitas Wartawan Menjelang UKW 2023 di Hotel Golden Palace Mataram, Selasa, 6 Desember 2022.
Selain Kadiskominfotik, pada acara yang bertemakan “Peran Pers Dalam Mengawal Pembangunan NTB Gemilang” itu tampil juga tiga pemateri lain. Yakni, Ketua PWI NTB Nasrudin, Rudi Hidayat dari JSMSI dan Redaktur Pelaksana Suara NTB, Muhammad Azhar, SIP.
Begitu besarnya peran pers atau wartawan dalam pembangunan dicontohkan kepala dinas, semanis dan sebagus apapun program pemerintah, tidak akan ada artinya kalau tidak diekspos atau disampaikan oleh wartawan melalui tulisannya kepada masyarakat. “Maka dari itu saya akui peran bapak ibu (wartawan, Red) sangat penting,” kata Ibu Kadis.
Kemampuan (menulis) berita itu lanjut Baiq Nelly tentu membutuhkan skill atau kemampuan yang mumpuni. Dan, semuanya tentu membutuhkan perjuangan yang keras dan panjang. “Saya mengerti kalau membangun media tidak mudah,” katanya.
Kompetensi dan profesionalitas, dua syarat utama yang dibutuhkan untuk mengelola media. Wartawan juga harus membekali diri dengan standar kompetensi yang memadai. Dan itu bisa didapat melalui uji kompetensi wartawan yang kerap digelar Dewan Pers melalui lembaga uji.
“Tantangan ke depan tidaklah semakin ringan, maka saya kira wartawan harus terus mengupgrade kemampuannya dalam semua bidang, tidak hanya menulis juga kemampuan teknologi ITnya,” katanya.
Kepala dinas juga berpesan kepada para wartawan yang senior untuk terus membimbing para yuniornya. “Mereka yang pemula di luar sana, saya kira butuh transfer pengetahuan dan skill,” ucap Baiq Nelly.
Untuk kepentingan profesionalitas wartawan itulah, Ketua PWI Nasrudin yang juga tampil sebagai pemateri meminta support dari Kominfo. “Ibu kadis mohon dibantu anggaran untuk membiayai UKW,” kata Nasrudin terus terang.
Senada dengan Nasrudin, pemateri lain, Muhammad Azhar, SIP menegaskan bahwa profesionalitas adalah sebuah keniscayaan dan mutlak dimiliki oleh siapa saja menyandang predikat jurnalis. Redaktur Suara NTB itu menyebut salah satu ruang untuk mewujudkan itu melalui uji kompetensi.
“Kata profesionalitas akan terus didengungkan bagi para wartawan agar mampu menciptakan karya jurnalistik yang diharapkan masyarakat,” katanya.
Sementara pemateri H Rudi Hidayat menggugah kepekaan para wartawan untuk melakukan salah satu fungsinya yakni kritik sosial kepada pemerintah. “Kritik sosial itu penting agar pemerintah agar selalu mawasdiri,” imbau petinggi Jaringan Serikat Media Indonesia (JMSI) itu.
Diskusi panel yang dimoderatori Abdus Syukur berlangsung seru. Puluhan wartawan media cetak, elektronik, televisi dan online itu tampak antusias mengajukan pertanyaaan dan masukan kepada para pemateri.
Sesi tanya jawab semakin seru dengan syarat pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tentu saja belum semua mahir.
Puncak keseruan semakin terasa ketika ada janji “hadiah” dari moderator bagi penanya dengan bahasa Inggris yang baik. Tidak sedikit yang nekat ngacung. Namun hanya dua wartawan yang dinilai kadiskominfotik berhak dapat hadiah, Sofia, wartawan anggota SMSI dan satu lagi wartawan senior JMSI.
Closing statement pameteri juga pakai bahasa Inggris. “Serasa seperti sedang ujian,” celetuk Baiq Nelly kepada moderator. (red)