MATARAM (NTBNOW.CO)–Ketua DPD Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) NTB, Dewantoro Umbu Joka memperkenalkan Kepala Dinas Pariwisata NTB yang baru, Nur Aulia, dalam Silaturahmi DPD ASITA bersama pelaku industri pariwisata, di Lombok Garden Hotel, Selasa (14/5/2025). Dewantoro berharap kepemimpinan baru ini membawa semangat baru agar pariwisata NTB semakin mendunia.
“Semoga kehadiran Kadispar baru menjadi momentum membangun pariwisata NTB yang adaptif, berkualitas, dan memberi dampak langsung bagi masyarakat,” ungkap Dewantoro.
Menanggapi sambutan tersebut, Nur Aulia menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat dari komunitas pariwisata. Ia mengakui momen ini sangat luar biasa karena merupakan kali pertama dirinya dipercaya menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata NTB.
“Saya merasa ini momentum yang luar biasa. Kalau ada penyampaian yang kurang tepat, akan saya perbaiki. Besok pagi saya juga harus cuti untuk masuk asrama haji,” ujarnya, disambut tawa peserta forum.
Nur Aulia menegaskan Gubernur NTB telah menugaskan dirinya untuk menyusun konsep pariwisata berkualitas yang berkelanjutan dan berdampak. Ia juga tengah merumuskan roadmap strategi pengembangan pariwisata NTB ke depan.
“Kami membuka diri untuk diskusi, masukan, dan kolaborasi dari semua pihak. Kita ingin pariwisata NTB lebih adaptif dan responsif terhadap tantangan zaman,” tegasnya.
Dalam forum yang diisi diskusi itu, sejumlah pelaku pariwisata menyampaikan aspirasi dan keluhan. Rozi, salah satu pelaku wisata, mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan destinasi. “Jangan hilangkan program Jumat bersih. Itu bukan sekadar simbol, tapi berkaitan langsung dengan rezeki,” katanya.
Agustin dari ASITA menyoroti buruknya kebersihan di kawasan Pusuk Sembalun. “Lokasi wisata itu hanya bersih setiap Jumat. Ini perlu aksi bersama, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu, Nasruddin menyinggung soal perputaran uang di Gili Trawangan dan meminta kejelasan soal pembekuan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur.
HL Basir, pelaku usaha transportasi, juga menyampaikan keresahan. Ia menyebut sejak 9 April 2025 belum ada tanggapan atas keluhan yang ia ajukan. “Transportasi lokal kami terguncang karena harus bersaing dengan perusahaan nasional. Ada 152 pengemudi lokal yang kini hanya bisa menangis,” ungkapnya haru.
Ketua PHRI NTB, Ketut Walini, mengusulkan agar dilakukan pertemuan langsung antara ASITA dan PHRI untuk membahas harga dan layanan wisata. “Kami ingin ada B to B agar harga bisa lebih kompetitif. Misalnya, tiket Bali-Kuala Lumpur hanya Rp 700 ribu, sedangkan Bali-Lombok bisa sampai Rp 1,2 juta,” ujarnya. Ia juga menyoroti masalah klasik di NTB, yaitu persoalan sampah. “Sampah masih dianggap sampah. Harusnya dikelola sebagai potensi.”
Menanggapi itu, Kadispar Nur Aulia menyebut persoalan sampah akan menjadi fokus kerja ke depan. “Gubernur sudah menugaskan kami untuk melakukan pemetaan jalur utama dan menjadikan Dinas LHK sebagai lokomotif pengelolaan sampah,” ujarnya.
Ia juga membuka peluang agar asosiasi-asosiasi pariwisata bisa dijadikan pendamping kawasan wisata, termasuk dalam menyusun basis data, analisis perputaran uang, hingga strategi promosi.
Diskusi diakhiri dengan penjelasan Ketua BPPD NTB, Sahlan M Saleh, terkait kolaborasi dan giat promosi pariwisata yang selama ini dilakukan. Ia menilai memaparkan persoalan persoalan pariwisata yang harus diatasi bersama. Seperti peningkatan SDM, promosi, destinasi, dan sinergi kelembagaan dalam menggerakkan pariwisata. (red)
Keterangan Foto:
Suasana diskusi Silaturahmi DPD ASITA. (Foto: Indah/bppdntb)