Mitos vs Realita: Mengapa Pendidikan Tinggi Tetap Penting di Era Modern  

“Sekolah tinggi untuk apa? Toh makannya juga sepiring nasi.” Kalimat ini mungkin sering kita dengar, sebuah ungkapan yang merefleksikan pandangan sempit tentang pentingnya pendidikan tinggi. Benarkah pendidikan tinggi hanya sekadar gelar yang tak menjamin kesuksesan? Benarkah keterampilan saja sudah cukup, tanpa pendidikan formal? Benarkah perempuan tak perlu pendidikan tinggi karena “hanya” akan kembali ke dapur dan kasur?

Mari kita bongkar mitos-mitos ini. Memang benar, ada banyak orang sukses tanpa pendidikan tinggi formal. Namun, kesuksesan mereka seringkali didasari oleh kerja keras, keuletan, dan keberuntungan—faktor-faktor yang tak tergantikan, tetapi dapat dimaksimalkan dengan bekal pendidikan. Pendidikan tinggi bukanlah jaminan kesuksesan, tetapi ia adalah alat yang ampuh untuk meraihnya.

Bayangkan seorang tukang kayu yang hanya mengandalkan keterampilan turun-temurun. Dengan pendidikan, ia dapat mempelajari teknik konstruksi modern, desain bangunan yang lebih efisien, dan manajemen bisnis yang efektif. Keterampilannya tetap menjadi pondasi, tetapi pendidikan memperluas cakrawalanya, membuka peluang untuk bisnis yang lebih besar dan berkelanjutan.

Begitu pula dengan perempuan. Pandangan yang membatasi perempuan hanya pada peran domestik adalah keliru dan merugikan. Pendidikan tinggi tak hanya memberdayakan perempuan secara ekonomi, tetapi juga secara intelektual dan sosial. Seorang perempuan berpendidikan tinggi memiliki pilihan yang lebih luas dalam hidup, baik dalam karier maupun dalam pengambilan keputusan pribadi. Ia dapat menjadi ibu rumah tangga yang cerdas, pengusaha sukses, atau pemimpin masyarakat yang berpengaruh. “Kembali ke dapur dan kasur” bukanlah takdir, tetapi pilihan—pilihan yang lebih luas terbuka berkat pendidikan.

Pendidikan tinggi lebih dari sekadar sertifikat. Ia adalah investasi jangka panjang yang memberikan:

– Pengembangan Diri: Pendidikan tinggi mengasah kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah—keterampilan yang dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan, tak hanya di dunia kerja. Ia membangun kepercayaan diri dan kemampuan beradaptasi di tengah perubahan yang cepat.

– Perluasan Wawasan: Pendidikan membuka pintu ke dunia ide, perspektif, dan budaya yang beragam. Ia memperluas pemahaman kita tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita.

– Kualitas Hidup yang Lebih Baik: Studi menunjukkan korelasi kuat antara pendidikan tinggi dan kualitas hidup yang lebih baik, meliputi kesehatan fisik dan mental, serta kesejahteraan sosial.

– Kemandirian dan Otonomi: Pendidikan tinggi membekali kita dengan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, mengelola sumber daya, dan bertanggung jawab atas hidup kita sendiri.

Di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pendidikan tinggi menjadi semakin penting untuk mendorong pembangunan daerah. Dengan pendidikan yang lebih tinggi, kita dapat berkontribusi pada kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya, menciptakan inovasi, dan memecahkan masalah lokal.

Biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan tinggi memang merupakan pertimbangan. Namun, manfaat jangka panjang yang ditawarkan jauh melebihi pengorbanan tersebut. Pendidikan tinggi bukanlah jalan pintas menuju kesuksesan, tetapi ia adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk membangun masa depan yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat. Mari kita ubah persepsi, singkirkan mitos, dan raih potensi penuh melalui pendidikan. (abdus syukur/ai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *