Rakyat tak butuh kata-kata,
hanya ingin perut tak melilit nestapa.
Tangan mereka menengadah berharap,
bukan sekadar janji yang lenyap.
Dulu kau datang penuh wibawa,
berucap manis seolah dewa.
Namun setelah singgasana kau duduki,
hanya bisu yang menemani.
Jalan berlubang tetap menganga,
sawah meranggas tanpa sapa.
Sekolah reyot, rumah sakit sekarat,
tapi kantormu megah menjulang erat.
Kami tak butuh pesta seremoni,
cukup harga beras yang tak mencekik nadi.
Kami tak minta karangan bunga,
cukup air bersih mengalir di rumah.
Jangan berjanji jika hanya ilusi,
jangan bicara jika hanya basa-basi.
Sebab rakyat punya mata dan hati,
mencatat siapa yang layak dimaki. (ai)
Ilustrasi: bing.com