Belajar dari Penglipuran, Desa Wisata Bali yang Mendunia

DESA Wisata Penglipuran,  Kabupaten Bangli, Bali, menjadi salah satu destinasi wisata budaya paling memikat di Indonesia.

Bagaimana tidak. Desa ini tidak hanya dikenal karena arsitekturnya yang khas, tetapi juga karena kebersihannya yang membuatnya dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia.

Itu bukan isapan jempol. Saat memasuki Desa Penglipuran, suasana asri dan tenang langsung terasa. Jalan utama desa ini bebas dari kendaraan bermotor, menciptakan udara segar dan lingkungan yang nyaman bagi pengunjung. Tata ruang desa dirancang berdasarkan konsep Tri Hita Karana, yakni harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Arsitektur rumah-rumah tradisional di Penglipuran seragam, mencerminkan nilai-nilai adat Bali yang terpelihara hingga kini. Penduduk desa juga tetap menjalankan tradisi leluhur, mulai dari upacara adat, seni tari, hingga kerajinan tangan. Tradisi ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin menyelami budaya Bali lebih dalam.

Selain budaya, keindahan alam Penglipuran tak kalah memukau. Desa ini dikelilingi oleh hutan bambu yang luas, menciptakan suasana alami yang menenangkan. Hutan ini sering dimanfaatkan sebagai lokasi favorit untuk berfoto, piknik, atau sekadar menikmati keheningan alam.

Desa Penglipuran telah menerima berbagai penghargaan internasional berkat komitmennya dalam menjaga kebersihan dan pelestarian budaya. Predikat sebagai salah satu desa terbersih dunia menjadikan tempat ini semakin populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Penglipuran menyediakan berbagai fasilitas untuk kenyamanan pengunjung, seperti area parkir, pusat informasi, toilet umum, dan toko suvenir. Wisatawan juga dapat mencicipi kuliner khas Bali di warung-warung lokal. Aktivitas lain yang bisa dinikmati meliputi berjalan kaki di sepanjang desa, mengunjungi rumah tradisional, menjelajahi hutan bambu, hingga berfoto dengan latar belakang arsitektur khas Bali.

Untuk menuju ke sini, perjalanan dari Kota Denpasar membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan roda empat. Wisatawan juga dapat memilih paket wisata yang ditawarkan oleh agen perjalanan untuk pengalaman yang lebih praktis.

Inspirasi untuk Desa Sade Lombok

Rombongan roadshow Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB mengunjungi Desa Penglipuran Minggu (8/12).

Ketua BPPD NTB, Sahlan M. Saleh, bersama Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB, Mulki, serta anggota lainnya Badrun dan Abdus Syukur, terkesima dengan kebersihan dan keramahan penduduk desa ini. “Asri, indah, dan bersih,” ungkap Mulki.

Sementara itu, Dewantoro, Wakil Ketua BPPD NTB, melihat Desa Penglipuran sebagai contoh yang dapat diadopsi oleh Desa Sade di Lombok. “Di sini tidak ada pengasong yang mengejar pengunjung. Semua serba tertib,” ujar Badrun.

Dengan tiket masuk Rp 25 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp 50 ribu untuk wisatawan asing, Desa Penglipuran juga menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat setempat. Sahlan menyebut, “Bayangkan berapa pendapatan per hari dari ribuan pengunjung Desa Penglipuran.”

Desa Wisata Penglipuran bukan sekadar destinasi wisata, melainkan contoh nyata pelestarian budaya dan lingkungan yang berhasil. Keindahan alam, tradisi yang terjaga, dan tata kelola wisata yang baik menjadikan desa ini sebagai inspirasi bagi pengelolaan wisata di daerah lain.

Ketua BPPD Sahlan M Saleh di Kitamani.

Setelah menikmati asrinya Desa Wisata Penglipuran, rombongan bergeser ke Kintamani.

Kintamani, salah satu destinasi wisata unggulan di Bali, menawarkan pesona alam dan budaya yang memikat. Berlokasi di Kabupaten Bangli, kawasan ini menjadi daya tarik utama berkat pemandangan spektakuler dan udara pegunungan yang sejuk.

Gunung Batur, gunung berapi aktif di kawasan ini, menjadi magnet wisatawan. Pendakian pagi hari untuk menikmati keindahan matahari terbit dari puncaknya adalah pengalaman tak terlupakan. Di kaki gunung, Danau Batur memukau dengan keindahannya. Danau terbesar di Bali ini menjadi tempat yang ideal untuk bersantai atau menjelajah menggunakan perahu tradisional.

Toya Bungkah, pemandian air panas alami, menawarkan kenyamanan untuk wisatawan setelah melakukan aktivitas mendaki. Air panas yang mengandung mineral dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh dan kulit. Saat rombongan tiba Kitamani sedang diselimuti kabut ditemani hujan rintik. (has)