Jejak Pena di Ujung Senja (3)

Warisan Seorang Wartawan

Kini, menjelang akhir kariernya, Taufik memutuskan untuk menulis sebuah buku berjudul Jejak Pena: 30 Tahun di Balik Berita. Buku itu berisi kisah-kisah liputannya, termasuk perjuangan, ancaman, dan momen-momen yang mengubah hidupnya.

Pada hari peluncuran bukunya, puluhan orang hadir. Para wartawan muda yang pernah ia bimbing, aktivis, hingga masyarakat yang pernah menjadi subjek berita-beritanya. Seorang wartawan muda mendekatinya dan berkata, “Pak Taufik, saya menjadi wartawan karena membaca tulisan-tulisan Anda.”

Taufik tersenyum, merasa bahwa perjuangannya tidak sia-sia.

Di senja hidupnya, ia sadar bahwa perjalanan seorang wartawan bukan tentang ketenaran atau penghargaan, tetapi tentang meninggalkan dunia yang sedikit lebih baik melalui kekuatan sebuah berita.

Beberapa bulan setelah peluncuran bukunya, Taufik resmi pensiun dari pekerjaannya sebagai wartawan. Namun, semangatnya untuk berbagi pengalaman dan mendidik generasi baru tetap berkobar. Ia mulai menerima tawaran menjadi pembicara di berbagai pelatihan jurnalistik, baik di universitas maupun komunitas pemuda di desa-desa terpencil.

Dalam sebuah pelatihan, Taufik bertemu dengan seorang mahasiswa bernama Iqbal, yang bercita-cita menjadi wartawan investigasi. Iqbal mengingatkan Taufik pada dirinya sendiri saat muda—penuh idealisme, tapi belum mengerti kerasnya dunia jurnalistik.

“Saya ingin menjadi seperti Bapak, mengungkap kebenaran tanpa takut,” kata Iqbal suatu sore setelah sesi pelatihan selesai.

Taufik tersenyum sambil menyeruput kopi. “Mengungkap kebenaran itu penting, tapi jangan lupa, kebenaran juga harus disampaikan dengan bukti yang kuat dan hati yang jernih. Jangan sampai api semangatmu membakar dirimu sendiri.”

Taufik pun memutuskan untuk membimbing Iqbal secara langsung. Ia mengajak Iqbal ke lapangan, menemaninya meliput isu-isu lokal seperti permasalahan sampah di kota hingga eksploitasi tenaga kerja di kawasan pariwisata. Dalam setiap langkah, Taufik mengajarkan satu hal penting: wartawan bukan hanya pencerita, tetapi juga penjaga nurani masyarakat. (ai/bersambung)

Ilustrasi: bing.com