Jejak di Balik Bayang
Langkah Arman bergema di trotoar yang sepi. Lampu jalan yang temaram memberikan bayangan panjang di sekelilingnya. Ia merapatkan jaket, merasakan hembusan angin dingin yang membawa aroma hujan. Meski malam sudah larut, pikirannya masih penuh dengan pertanyaan. Siapa yang menelepon tadi? Dan apa arti dari dugaan korupsi besar yang disebutkan?
Di tengah perjalanan, ia teringat seorang sumber lama, seorang mantan pejabat yang kini bekerja sebagai konsultan. Orang itu pernah memberinya informasi penting yang membuka skandal kecil beberapa bulan lalu. Mungkin dia punya jawaban.
Arman mempercepat langkahnya menuju kafe kecil di sudut kota. Tempat itu sering dikunjungi oleh para politisi dan pejabat yang ingin berbicara tanpa dilihat banyak orang. Begitu sampai, ia langsung mengenali sosok yang duduk di salah satu sudut kafe, wajahnya setengah tertutup bayang-bayang.
“Rizal,” sapanya perlahan.
Lelaki itu mengangkat kepala dan tersenyum samar. “Arman, lama tidak bertemu. Ada apa kali ini?”
Arman duduk, menatap tajam. “Aku butuh informasi. Ada kasus dugaan korupsi besar yang akan diumumkan besok. Kau tahu sesuatu?”
Rizal menarik napas panjang, lalu bersandar ke belakang. “Kau selalu cepat menangkap angin, ya. Tapi kali ini anginnya besar, dan bisa menghancurkan banyak orang jika kau tidak hati-hati.” (bersambung)